Review Film 'MUFASA: THE LION KING', Kemenangan Besar untuk Scar Sang Antagonis Legendaris

Penulis: Adristi Putri Febrianti

Diterbitkan:

Review Film 'MUFASA: THE LION KING', Kemenangan Besar untuk Scar Sang Antagonis Legendaris
(Credit Image: www.imdb.com)
Kapanlagi.com -
Ditulis oleh: Adristi Putri Febrianti
Dalam MUFASA: THE LION KING, Disney mengajak penonton untuk meninggalkan kisah takdir Mufasa dalam film animasi ikonik THE LION KING (1994) dan menyoroti perjalanan hidup sang penguasa savana. Setelah tiga dekade, prekuel ini mengungkap kisah masa muda Mufasa, yang tumbuh bersama orangtuanya di dataran tandus selama musim kemarau. Diceritakan bahwa sang ibu selalu mengharapkan mereka bisa pindah ke Milele, dataran subur dengan padang rumput hijau yang indah.

Namun, impian itu tidak terwujud. Mufasa terpisah dari orangtuanya dan terdampar di tempat yang asing, bahkan hampir menjadi korban serangan buaya. Beruntung, seorang anak singa bernama Taka menyelamatkannya. Taka bersama ibunya, Eshe (Thandiwe Newton), mengajak Mufasa tinggal di kawanan mereka, meskipun ayah Taka, Obasi (Lennie James), menolak kehadirannya karena menganggap Mufasa sebagai "hewan liar" yang tak pantas berada di dekat calon raja mereka.

Mufasa (Aaron Pierre) akhirnya tumbuh dewasa di dalam kawanan singa betina. Hubungannya dengan Taka (Kelvin Harrison Jr.) pun semakin erat, bak hubungan saudara kandung.

1. Kisah Asli Scar Sang Antagonis The Lion King

Bagi mereka yang sudah familiar dengan cerita THE LION KING, alur cerita MUFASA: THE LION KING mungkin terasa mudah ditebak, terutama dengan formula persahabatan yang mengingatkan pada hubungan Peter Parker dan Harry Osborn, atau King Arthur dan Lancelot. Namun, film ini tetap memberikan penggemar kesempatan untuk mengeksplorasi kisah-kisah kecil yang belum terungkap sebelumnya, seperti asal-usul tongkat Rafiki dan munculnya Pride Rock, tempat legendaris di mana sang raja singa mengaum.

Sebagai tokoh utama, narasi tentang Mufasa tentu mendapatkan porsi besar dalam film ini. Meski begitu, yang benar-benar mencuri perhatian bukanlah perjalanan hidup Mufasa, melainkan origin story yang mengungkapkan perjalanan karakter Scar. Eksplorasi masa lalu Scar sebagai antagonis ikonis di THE LION KING dibangun dengan cermat, memberikan penonton pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya.

Dengan pendekatan ini, MUFASA: THE LION KING berhasil menggali sisi kemanusiaan dari Scar, sehingga meskipun penonton tidak bisa membenarkan kejahatannya, mereka dapat merasakan empati terhadapnya. Ini bisa dibilang sebagai kemenangan besar untuk karakter Scar, yang selama ini dikenal sebagai musuh utama dalam cerita.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Kerasnya Kehidupan Alam Liar

Sutradara Barry Jenkins yang sebelumnya mengarahkan Moonlight, pemenang Film Terbaik Oscar 2016, membawa MUFASA: THE LION KING dengan visual fotorealis yang serupa dengan versi THE LION KING (2019). Dalam film ini, musiknya digarap oleh Lin-Manuel Miranda, kreator Broadway sukses Hamilton, dengan nuansa musik Afrika yang meriah, meski dibutuhkan waktu untuk benar-benar terasa akrab di telinga penonton.

Namun, ada satu hal yang membedakan film ini dari pendahulunya. Meskipun keduanya mengangkat tema universal seperti cinta ibu dan persahabatan, MUFASA: THE LION KING dengan jujur menggambarkan kehidupan hewan di alam liar yang keras dan dekat dengan kematian. Mulai dari rantai makanan hingga perebutan wilayah di kalangan singa, film ini tidak menghindar untuk menunjukkan kenyataan alam yang lebih gelap.

Meski begitu, film ini tetap mempertahankan ciri khas Disney dengan menghindari kekerasan visual yang eksplisit. Tidak ada darah yang terlihat, dan kematian pun tidak diperlihatkan secara langsung, tetap menjaga film ini untuk bisa dinikmati seluruh keluarga.

3. Serangan Kiros

Kehidupan damai yang dijalani Mufasa dan kawanan singa lainnya segera terganggu ketika muncul singa besar berbulu putih bersama pasukannya, Kiros (Mads Mikkelsen), yang menyerang kawanan singa lain. Pertempuran ini mencakup kawanan singa yang dipimpin oleh Obasi, yang berusaha mempertahankan wilayah mereka, sementara Taka diperintahkan untuk membawa Mufasa dan menyelamatkan diri.

Dalam perjalanan melarikan diri, Taka dan Mufasa bertemu dengan Sarabi (Tiffany Boone), seekor singa betina yang kawanan nya juga diserang oleh Kiros. Bersama Sarabi, mereka bergabung dengan Zazu (Preston Nyman), burung penjaga Sarabi, dan Rafiki (Kagiso Lediga), seekor mandrill yang mereka temui di tengah perjalanan.

Perjalanan mereka akhirnya mengarah pada wilayah yang selama ini diimpikan Mufasa: Milele, sebuah tempat yang menjadi tujuan mereka dalam mencari kedamaian dan harapan baru setelah serangan yang menghancurkan.

Jangan lupa nonton! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending