Kiss Cam, Privasi, dan Polemik yang Mencuat di Konser dan Stadion

Penulis: Tantri Dwi Rahmawati

Diterbitkan:

Kiss Cam, Privasi, dan Polemik yang Mencuat di Konser dan Stadion
CEO Andy Byron yang viral (credit: tiktok.com/instagraace)

Kapanlagi.com - Fenomena kiss cam kembali menjadi sorotan setelah insiden di konser Coldplay baru-baru ini memunculkan perdebatan panas soal privasi dan etika. Di tengah konser megabintang asal Inggris tersebut, sebuah kamera yang dikenal sebagai kiss cam menangkap momen seorang penonton pria yang memeluk wanita dari belakang.

Pria tersebut adalah Andy Byron dengan rekan kerja di perusahaannya, Kristin Cabot. Video tersebut viral di media sosial, dan identitas Andy Byron pun segera terkuak. Ia diketahui merupakan seorang eksekutif yang dituding berselingkuh dengan bawahannya.

Setelah video tersebut menyebar luas dan menimbulkan kehebohan publik, Andy Byron mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pihak penyelenggara konser. Dalam pernyataannya kepada sejumlah media Inggris, ia menyebut bahwa kiss cam tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak privasinya.

1. Ambil Langkah Hukum

Lebih jauh, ia bahkan mempertimbangkan langkah hukum untuk menggugat manajemen Coldplay atas insiden ini.

"Saya tidak memberikan izin untuk direkam dan ditampilkan kepada publik seperti itu. Apa yang terjadi benar-benar melanggar ruang privat saya," ujarnya, dikutip dari The Sun.

Kejadian semacam ini bukan pertama kalinya terjadi. Di Indonesia, publik sempat dihebohkan oleh kemunculan Rocky Gerung di layar kiss cam saat konser DEWA 19 tahun 2023. Video yang menunjukkan pengamat politik itu tengah dipeluk mesra oleh seorang perempuan di tengah konser.

(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)

2. Sejak Era 1980

CEO Andy Byron yang viral (credit: tiktok.com/instagraace)

Momen itu langsung menjadi perbincangan di media sosial. Walau tidak ada tindakan hukum yang diambil, insiden tersebut menjadi contoh lain dari bagaimana kiss cam bisa menguak sisi personal seseorang di ruang publik.

Kiss cam sendiri pertama kali dikenal dalam pertandingan olahraga di Amerika Serikat pada era 1980-an. Awalnya, konsep ini digunakan sebagai selingan hiburan di jeda pertandingan. Kamera menyorot pasangan di tribun, lalu mendorong mereka untuk bermesraan dan menghibur penonton lain.

Seiring waktu, kiss cam menjadi semacam tradisi dalam acara olahraga seperti NBA dan MLB, dan kini merambah ke konser-konser berskala besar. Tujuannya tidak hanya memberi hiburan, tapi juga menciptakan suasana hangat dan meriah. Namun, niat baik ini tak jarang berbenturan dengan kenyataan sosial yang lebih kompleks.

3. Pemaksaan hingga Tekanan

CEO Andy Byron yang viral (credit: tiktok.com/instagraace)

Munculnya kontroversi seputar kiss cam bukan tanpa alasan. Banyak yang menilai kiss cam sebagai bentuk pemaksaan sosial. Bayangkan seseorang yang tidak nyaman menunjukkan afeksi di depan umum, tapi tiba-tiba disorot kamera dan disoraki ribuan penonton.

Di media sosial, tak sedikit yang menyebut kiss cam sebagai bentuk tekanan yang tidak sehat, terlebih jika ditujukan kepada orang-orang yang tidak menjalin hubungan romantis.

“Tekanan publik seperti itu bisa membuat orang merasa dipermalukan atau dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan,” ujar Amelia Crook, pakar etika media dari University of Sydney dalam wawancaranya dengan ABC News Australia.

4. Pelanggaran Privasi?

Dari perspektif hukum dan hak privasi, kiss cam mulai menimbulkan pertanyaan penting. Apakah menyorot seseorang di ruang publik dan menampilkannya secara langsung ke layar lebar tanpa izin adalah pelanggaran?

Di beberapa negara, hukum privasi menegaskan bahwa meskipun seseorang berada di ruang publik, tetap ada batasan mengenai penggunaan wajah atau identitas mereka untuk konsumsi publik.

Menurut Electronic Frontier Foundation (EFF), penggunaan wajah atau gambar seseorang dalam siaran langsung tanpa persetujuan bisa melanggar prinsip privasi dan consent, terutama jika berdampak pada reputasi atau hubungan personal orang tersebut.

5. Tersebar Tanpa Kendali

Apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini, video dari kiss cam bisa langsung tersebar luas di media sosial tanpa kendali. Hal ini menimbulkan risiko baru, seperti doxing, pelecehan daring, atau bahkan dampak sosial dan psikologis yang berat pada individu yang tertangkap kamera.

Dalam kasus Andy Byron, viralnya video tersebut bukan hanya menyebabkan keretakan rumah tangga, tapi juga mengancam kariernya. Ini menjadi pengingat bahwa teknologi hiburan yang tampak sepele bisa memiliki konsekuensi serius jika tidak dilandasi prinsip etika dan penghormatan terhadap hak individu.

Melihat kasus ini, semakin banyak pihak yang menyerukan agar penyelenggara acara mempertimbangkan ulang penggunaan kiss cam. Meski dapat menciptakan momen lucu dan romantis, tidak semua orang siap untuk menjadi bagian dari hiburan publik secara spontan.

(Ramai kabar perceraian dengan Raisa, Hamish Daud sebut tudingan selingkuh itu fitnah.)

Rekomendasi
Trending