Maraknya Penulis Wanita Indonesia

Penulis: Erlin

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Indonesia makin kaya dengan wanita penulis yang lahir era 70-an tadi. Mulai Ayu Utami pada tahun 1998 deneg Saman lalu muncullah Dewi Lestari dengan Supernova-nya, Djenar Maesa Ayu dengan Mereka Bilang Saya Monyet!, Rieke Dyah Pitaloka, Dinar Rahayu, Rachmania Arunita dengan Eiffel, I`m in Love, serta wanita penulis lainnya.

Yang menarik, karya-karya wanita muda tersebut dinilai kontroversial oleh sejumlah pihak karena berani mendobrak hal-hal yang selama ini tabu di Indonesia, semisal semangat perlawanan, intoleransi beragama, dan seksualitas--meski ada juga yang tetap dengan semangat percintaan anak muda. Dalam pembukaan Pesta Buku Jakarta 2004, Sabtu (19/6), beberapa di antara mereka hadir: Ayu Utami, Djenar, Rachmania, Fira Basuki, Nova Riyanti Yusuf, dan Helvy Tiana Rosa. Bisa dibilang mereka memang mewakili generasi muda dalam dunia sastra Indonesia. Bahkan, sastrawan Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa masa depan novel Indonesia berada di tangan perempuan.

Memang tak semua wanita penulis itu menggembar-gemborkan intoleransi beragama dan seksualitas. Rachmania Arunita tetap memilih mengangkat percintaan orang muda. Novelnya yang berjudul Eiffel, I`m in Love laris manis. Saat difilmkan dengan judul sama, karya gadis berusia 18 tahun ini ditonton sekitar 2,9 juta orang. Bulan ini, film yang sama kembali ditayangkan di bioskop dalam versi lengkap. Rachmania sendiri yang menulis skenarionya.

Menurut Rachmania, film versi pertama banyak dipotong. Dari tiga jam penuh menjadi dua jam sepuluh menit. "Banyak yang dibuang, banyak yang kurang. Kok adegan ini nggak ada," kata gadis yang mulai menulis sejak berusia 15 tahun ini saat diwawancarai reporter SCTV Retno Pinasti.

Dia menuturkan, Eiffel, I`m in Love awalnya cuma difotokopi dengan diberi lakban sebanyak 20 eksemplar. Novel seharga Rp 10 ribu itu dijual ke teman-temannya. Tak disangka, teman Rachmania suka. Kemudian difotokopi lagi hingga total 150 eksemplar. Habis lagi.

Sebenarnya Rachmania mengaku malu untuk menjual tulisannya. Sebab, dia merasa bukan apa-apa. "Kesannya percaya diri banget," kata Rachmania. Namun, dorongan teman-teman membuatnya mau menerbitkan buku itu. Dibantu kawan dan orang tua, Rachmania mencetak sendiri bukunya dan menaruhnya di Gramedia Mal Pondok Indah dan Gramedia Cinere. Kurang dari tiga pekan, 100 eksemplar novel tersebut laku terjual.

Saat ini, Rachmania mengaku sedang menulis novel lagi. Isinya tetap persoalan remaja. Dia mengaku belum berani menulis novel-novel orang dewasa karena belum tahu persis masalah-masalah orang dewasa. "Yang jelas ini beda dengan Eiffel," kata Rachmania tentang novel baru yang sedang ditulis

(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)

(sct/erl)

Editor:

Erlin

Rekomendasi
Trending