Perjuangan Wanda Hamidah Menanti Kapal Menuju Gaza, Ngemper di Pelabuhan Tunisia

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Perjuangan Wanda Hamidah Menanti Kapal Menuju Gaza, Ngemper di Pelabuhan Tunisia
Perjuangan Wanda Hamidah Menanti Kapal Menuju Gaza (credit: instagram.com/wandahamidahbsa)

Kapanlagi.com - Wanda Hamidah bersama rombongan relawan Global Sumud Flotilla menetap di pelabuhan Tunisia selama belasan hari demi misi kemanusiaan ke Gaza. Mereka menanggung ketidakpastian jadwal keberangkatan kapal yang bisa membawa mereka melintasi Laut Mediterania.

Dengan tekad kuat, mereka mempertaruhkan kenyamanan, kesehatan, dan kondisi finansial demi membantu sesama. Perjuangan panjang ini menjadi bukti nyata semangat solidaritas tanpa batas para relawan.

Baca berita lain tentang Wanda Hamidah di Liputan6.com, yuk! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

1. Ngemper di Pelabuhan

Wanda Hamidah menceritakan bahwa para relawan sudah siap membawa backpack berisi makanan dan kebutuhan dasar untuk perjalanan laut pulang-pergi selama 15 hari.

"Dan kalau teman-teman lihat ketika hari pelepasan itu, we are all so ready to go. Kita semuanya udah siap banget. Kamu lihat, kita udah nenteng backpack yang berat. Kita udah bawa makanan buat persediaan di kapal. And we really there at the port. And all the boats is like in front of our eyes. Bener-bener udah di depan mata kita, dan kita tinggal berangkat. Kita gak bisa karena memang kita baru tahu bahwa kapal-kapal itu gak siap untuk mengangkut kita semua," ungkapnya.

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

2. Relawan Kehabisan Biaya

Pada kenyataannya, para relawan nggak hanya ngemper di sekitar pelabuhan untuk menanti kapal, banyak yang bahkan sampai tidur di sana karena kehabisan biaya.

"Kalau kamu liat juga, banyak peserta yang tidurnya sampai di pelabuhan. Sedih banget. Oh my god, I'm so sad to see all those people, hundreds of people. Mereka tuh udah gak punya uang lagi juga untuk hotel. Kalau kamu pikir hotel gak bayar, bayar! Jadi kayak, we're risking our life, we're risking our money," ujar Wanda Hamidah.

3. Keterbatasan Armada Kapal

Kapal yang tersedia sangat terbatas dan beberapa butuh direparasi setelah kembali dari Gaza, sehingga relawan harus menunggu giliran dengan sabar tanpa kepastian tanggal berangkat.

"Kapal-kapal di Tunisia memang banyak yang dalam keadaan dan kondisi tidak siap. Jadi banyak yang masih rusak. Jadi harus diservice dan dibetulin karena perjalanan ke Gaza. Itu melalui laut Mediterranean yang cukup ganas juga. Jadi kalau kapalnya gak siap lebih baik memutuskan gak pergi. It's a good decision," tegasnya.

4. Tantangan Pelayaran ke Gaza

Selain keganasan Laut Mediterania yang menjadi tantangan besar, situasi keamanan di Gaza yang tak menentu jadi alasan minimnya armada kapal yang bisa berangkat ke sana.

"Gak gampang mencari kapal yang mau ke Gaza. Artinya apa? Ini kita belum bicara jiwa nih, kita baru bicara kapal aja. Gak gampang mencari kapal ke Gaza untuk disewa. Untuk disewa udah gak mungkin. Karena risiko kapal ke Gaza akan menghadapi senjata-senjata tercanggih dari Amerika," tutur Wanda Hamidah.

5. Relawan Pulang ke Negara Asal

Karena ketidakpastian ini, banyak relawan yang memilih pulang ke negara asal, termasuk Indonesia. Meski hati mereka ingin membantu, keterbatasan waktu dan biaya memaksa mereka untuk pulang.

"Banyak delegasi yang sudah kembali pulang ke tanah air, termasuk juga delegasi dari Indonesia. Dan gak cuma dari Indonesia yang kembali pulang ke tanah air, banyak banget delegasi dari Perancis, dari South Africa, dari Jerman, dari seluruh dunia. Hampir semuanya sudah kembali pulang ke negara masing-masing. Pertanyaannya, kenapa mereka kembali pulang? Karena teman-teman dalam hal ini saya harapkan bisa berhusnuzon ya, berprasangka baik. Karena terus terang kendala yang ada di sini berat banget. Susah banget memang kita untuk bertahan," terangnya.

6. Perjalanan Kemanusiaan yang Berat

Lewat postingan Instagram-nya, Wanda Hamidah meminta publik tidak meremehkan para relawan yang terpaksa pulang karena beratnya tantangan perjalanan kemanusiaan ini.

"Saya ingin teman-teman tidak meremehkan atau tidak mencemooh delegasi yang pulang. Karena kalian gak tahu betapa beratnya perjalanan menuju Gaza. Belum juga menuju Gaza, baru di Tunisia, ini udah berat banget. Dan kalian gak memahami betapa beratnya perjalanan ini. Jadi mohon, mohon banget, untuk tidak mencemooh kepulangan delegasi Indonesia yang udah berani mati untuk Palestina. Bukan cuma untuk Palestina, untuk bertahan dengan kemanusiaan, untuk bertahan dengan kebenaran," ucap Wanda Hamidah.

7. Harapan Bisa Berangkat ke Gaza

Meski belum tentu bisa berangkat ke Gaza hingga batas akhir kemampuannya, Wanda menegaskan perjuangan untuk kemanusiaan dan kebenaran tidak akan berhenti sampai di sini.

"Pokoknya hari ini hari terakhir saya mencoba untuk masuk kapal yang akan ke Gaza, Insya Allah. Doain hari ini berangkat, Kapal Alma. Terus tadi sejam yang lalu saya ditelepon berangkat, Kapal Yemen. Dan Insya Allah besok, maunya naik kapal Kaiser. Mudah-mudahan, Insya Allah doain saya masuk kapal Kaiser. Kalau tidak pun ya gak apa-apa. Berarti memang saya harus kembali ke Indonesia. Dan tentunya gak berhenti berjuang," katanya.

Rekomendasi
Trending