Remy Silado: Bahasa Indonesia Tak Relevan Dengan Bahasa Realitas
Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Budayawan Remy Silado kurang setuju apabila bahasa Indonesia bahasa yang baik dan benar digunakan dalam percakapan sehari-hari. Remy pada 'Sarasehan Melacak Jejak Pers Jawa Tengah' di Semarang, Rabu (22/8), mengatakan, bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak relevan dengan bahasa realitas.Penulis buku Ca Bau Kan ini memberikan contoh, jika seseorang sedang naik angkutan umum dan telah sampai di tempat tujuan, orang tersebut akan berkata, "stop, Pak" atau "kiri, Pak". Tidak mungkin, orang itu mengatakan, "Pak Sopir, dapatkah engkau menghentikan mobil ini supaya saya bisa turun karena sudah sampai di tempat tujuan?""Bila orang tersebut mengucapkan kalimat demikian, tempat tujuannya akan terlampaui sepanjang 100 meter," katanya.Sementara itu staff Balai Bahasa Semarang, Sutarsih mengatakan, kasus kebahasaan semacam ini termasuk dalam ragam tata ucap dan telah lama menjadi perhatian Balai Bahasa.Ia mengatakan, sebagai lembaga yang resmi dipercaya oleh pemerintah untuk mensukseskan program Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Balai Bahasa telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat.Namun, kata dia, pada kenyataannya yang lebih mudah untuk dibenahi adalah masalah tata tulis. "Sangat sulit memperbaiki kesalahan tata ucap masyarakat, apalagi untuk situasi non formal. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum terbiasa menggunakan ragam bahasa formal," katanya.Ia mengatakan, bukan tidak mungkin bila menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bahasa percakapan sehari-hari, tetapi membutuhkan proses dan kerja sama yang baik antara lembaga kebahasaan, pemerintah, dan masyarakat.Remy mengimbau, program pemerintah ini agar disesuaikan dengan segala situasi.
(Sule bicara tentang kondisi kesehatannya, ternyata penyakitnya nggak cuma satu.)
(*/boo)
Yunita Rachmawati
Advertisement