Andragogy
Drama

Andragogy

2023 110 menit TV-14
8.8/10
Rating 8/10
Sutradara
Wregas Bhanuteja
Penulis Skenario
Wregas Bhanuteja
Studio
Rekata Studio Kaninga Pictures Kompas Gramedia

Film Budi Pekerti menceritakan kisah nyata Bu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru Bimbingan & Konseling (BK) di sebuah sekolah menengah atas di Yogyakarta pada masa pandemi COVID-19. Suatu hari, Bu Prani sedang antre di pasar untuk membeli kue putu legendaris yang sangat disukai suaminya, Pak Didit (Dwi Sasono). Karena antrean di pasar sangat panjang dan tak teratur, muncul kecurangan di mana beberapa orang menitipkan uang agar bisa naik antrean. Dalam kebingungan dan emosinya, Bu Prani akhirnya terlibat cekcok dengan pengunjung lain.

Tanpa sepengetahuannya, pertengkaran itu direkam oleh orang lain dan kemudian diunggah ke media sosial. Video singkat tersebut lantas viral dan menuai banyak kritik pedas dari netizen. Banyak yang menghakimi Bu Prani bahwa sikapnya tidak pantas untuk seorang guru, terutama guru BK yang diharapkan bijak dan penyayang. Karena viral, reputasi Bu Prani pun mulai runtuh: sekolah tempat ia mengajar mendapat tekanan, dan ada ancaman pemecatan.

Tak hanya kariernya yang terancam, dampak viral itu juga menimpa keluarganya. Identitas keluarga Bu Prani menjadi sorotan, dan setiap gerak-gerik mereka seakan diawasi. Kedua anaknya, Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda), merasa harus melakukan sesuatu agar nama baik ibunya bisa dipulihkan. Tita mencoba mengadvokasi ibunya dari sisi publik, sementara Muklas yang aktif di media sosial ingin menjaga agar ayahnya, Didit, yang sedang berjuang menghadapi depresi karena bisnisnya hancur, tidak semakin terpuruk jika tahu skandal ini.

Sepanjang film, kita diajak mengikuti dilema moral dan psikologis Bu Prani: berusaha melawan arus kritik dan salah paham, tapi juga menjaga martabat dan rasa tanggung jawab sebagai guru dan ibu. Konflik internal dan eksternal ini berpadu dengan tema cyberbullying dan cancel culture di era digital, memperlihatkan bagaimana satu video singkat bisa mengubah kehidupan seseorang secara drastis.

Budi Pekerti adalah karya sutradara muda dan berbakat Wregas Bhanuteja, yang tidak hanya memimpin film ini, tetapi juga menulis skenarionya. Dengan latar di Yogyakarta masa pandemi, Wregas membangun cerita yang bukan sekadar dramatis, tetapi sangat relevan dengan tantangan sosial modern: dampak media sosial, bagaimana persepsi publik dibentuk oleh klip pendek di internet, dan betapa mudahnya seseorang dijatuhkan oleh hujatan tanpa melihat konteks penuh.

Film ini diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures, dengan dukungan dari berbagai pihak seperti KG Media, Hwallywood Academy of Media & Arts Singapore, Momo Films, dan Masih Belajar. Produsernya sendiri adalah Adi Ekatama, Willawati, dan Iman Usman.

Dari sisi pemain, film ini diisi oleh aktor-aktris yang dikenal dan berbakat. Sha Ine Febriyanti memerankan Bu Prani dengan sangat meyakinkan; Angga Yunanda sebagai Muklas yang mencoba “menyelamatkan” ibu dan reputasinya; Prilly Latuconsina sebagai Tita, anak perempuan Prani yang punya keinginan kuat untuk memperbaiki citra ibunya; kemudian Dwi Sasono sebagai Didit, suami Prani yang menghadapi masalah mental dan finansial selama pandemi. Ada juga karakter tambahan seperti Omara Esteghlal dan Ari Lesmana yang memperkaya dinamika keluarga dan kehidupan sosial dalam film.
detikcom

Salah satu elemen unik dalam film ini adalah penggunaan bahasa Jawa kromo inggil oleh karakter Tita (Prilly Latuconsina). Karena Prilly tidak memiliki latar Jawa, dia belajar khusus dialek dan kosakata Jawa tingkat tinggi selama sekitar tiga bulan sehingga dialognya terasa otentik. Selain itu, Wregas memasukkan adegan "kembali ke rahim ibu" yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya ketika menghadapi stres: metode ini dipakai sebagai cara menenangkan diri, dan dalam film, adegan ini muncul lewat dialog Muklas yang sangat personal.

Lokasi syuting film ini juga sangat khas: total ada sekitar 40 lokasi di Yogyakarta yang dipilih untuk menggambarkan suasana pandemi dan kehidupan sehari-hari. Penggunaan Yogyakarta sebagai latar bukan hanya karena nilai estetika, tetapi juga karena kota itu punya kenangan personal bagi Wregas sendiri dan bisa mewakili keseharian banyak orang di masa sulit.

Pesan moral yang diangkat di Budi Pekerti sangat kuat. Film ini mengingatkan kita bahwa media sosial bisa jadi pedang bermata dua: bisa mendukung kebaikan, tapi juga menghancurkan reputasi seseorang dalam sekejap. Sikap menghakimi orang hanya dari video pendek sangat dibahas di film ini, dan Wregas berharap penonton bisa lebih bijak dalam bermedia sosial – tidak asal menyebarkan, tidak asal menghakimi, dan berpikir dua kali sebelum menyerang. Selain itu, penelitian akademis menunjukkan bahwa film ini menanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, keberanian, dan kerja sama, benar-benar mencerminkan "budi pekerti" dalam arti karakter dan etika.

Di ajang perfilman, Budi Pekerti mendapatkan sambutan yang sangat positif. Film ini meraih 17 nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2023, termasuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario, hingga nominasi pemeran utama dan pendukung. Dari nominasi tersebut, Sha Ine Febriyanti memenangkan Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik, dan Prilly Latuconsina meraih Piala Citra sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Selain di dalam negeri, film ini juga pernah diputar di festival internasional seperti Toronto International Film Festival (TIFF) 2023.

Sha Ine Febriyanti Prani
Angga Yunanda Muklas
Prilly Latuconsina Tita
Dwi Sasono Didit
Omara N. Esteghlal Gora
Ari Lesmana Tunas
Annisa Hertami Uli
Sekar Sari School Board Members
Muhammad Nur Qomaruddin School Principal
Tosan Sejati Daru
Annisa Hertami Uli