Rian D’Masiv Masih Andalkan LMK Soal Royalti Lagu, Bandingkan Sistem di Amerika yang Transparan

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Rian D’Masiv Masih Andalkan LMK Soal Royalti Lagu, Bandingkan Sistem di Amerika yang Transparan
instagram.com/rianekkypradipta

Kapanlagi.com - Isu seputar sistem perizinan langsung atau direct license antara pencipta lagu dan penyanyi masih menjadi perbincangan hangat di kalangan musisi. Perdebatan ini semakin mencuat setelah munculnya konflik antara Agnez Mo dan Ari Bias beberapa waktu lalu yang ikut menyeret perhatian banyak pencipta lagu ternama.

Salah satu musisi yang ikut memantau isu ini adalah vokalis D’Masiv, Rian Ekky Pradipta. Sebagai pencipta lagu aktif, dirinya mengikuti perkembangan wacana direct license dengan penuh perhatian.

1. Lihat Perkembangan dan Menunggu Kepastian

Menurut Rian, sampai saat ini dirinya memilih untuk melihat perkembangan aturan yang akan diterapkan pemerintah. Ia merasa keputusan soal skema perizinan hak cipta lagu sebaiknya menunggu kepastian dari Undang-Undang.

"Kita menunggu keputusan aja lah, kalau ada di Undang-Undang ya kita patuhi. Tapi saat ini kan masih wait and see juga sih, karena mungkin lebih banyak orang yang gak paham soal itu, jadi saat ini ingin melihat dulu," kata Rian saat ditemui di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Percaya pada Sistem yang Disepakati

Meski begitu, Rian percaya bahwa apapun sistem yang nantinya disepakati, tujuannya tetap untuk kebaikan ekosistem musik di Indonesia. Baginya, semua pihak pasti berusaha memperjuangkan kepentingan yang terbaik bagi industri kreatif.

"Intinya sih semuanya pasti memperjuangkan sesuatu yang baik untuk industri musik," lanjutnya.

3. Bandingkan Sistem di Amerika

Rian sendiri sempat mengikuti konferensi musik internasional di Amerika Serikat dan membandingkan sistem yang berlaku di sana. Ia mengaku mendapatkan banyak informasi soal cara kerja sistem royalti musik di luar negeri yang menurutnya jauh lebih transparan.

"Kemarin kan saya habis music conference di Amerika. Saya juga nanya, 'Jadi, sebenarnya gimana sih industri musik di sini, soal royalti seperti apa?" ujar Rian.

4. Sistem Amerika Lebih Transparan

Menurutnya, sistem di Amerika membuat penyelenggara konser wajib membayar royalti kepada pencipta lagu. Bahkan, lembaga pengelola royalti di negara tersebut bisa mengumpulkan hingga miliaran dolar per tahun.

"Jadi, kalau yang terjadi di Amerika itu, mereka membayarnya, misalnya kalau konser itu yang bayar penyelenggara. Tapi di sana sistemnya sudah benar, lebih transparan," jelasnya.

5. Pencipta Lagu Amerika Hidup Sejahtera

Tak hanya transparan, sistem yang berjalan dengan baik di sana juga membuat para pencipta lagu bisa hidup sejahtera. Menurut Rian, jumlah royalti yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola hak musik di sana sangat besar dan terdistribusi dengan adil.

"Jadi, di sana juga kemarin saya cek, untuk peng collect an royalti di sana satu LMK itu bisa sampe 1,1 miliar US dollar. Jadi, pihak yg punya hak untuk mengcollect itu benar2 maksimal dan bisa mendistribusikan ke pencipta lagu," ujar Rian.

6. Sistem Direct License

Menanggapi sistem direct license, Rian menjelaskan bahwa hal itu juga sudah diterapkan di beberapa negara, termasuk Amerika. Namun ia menilai sistem tersebut biasanya hanya digunakan dalam situasi tertentu dan tetap membutuhkan regulasi yang jelas.

"Sebenarnya gini, di sana juga ada direct licensing, tapu untuk kasus-kasus yang tertentu. Tapi balik lagi, kalau itu nanti akan ada di Undang Undang, tercantum, ya kita harus jalani," katanya.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending