Sam menjalani hari demi hari dengan tubuh yang semakin ringkih di sebuah hospice kecil di
pinggiran New York City. Hidupnya terasa pendek dan suram, terutama sejak dokter memastikan
bahwa kanker yang ia derita sudah memasuki tahap akhir.
Satu-satunya ketenangan baginya
hanyalah keberadaan Frodo, kucing kesayangannya yang selalu duduk di pangkuan atau di samping
tempat tidurnya. Sam sudah pasrah pada garis hidupnya, meskipun Reuben, perawat yang paling dekat
dengannya, terus berusaha menyalakan sedikit harapan dalam diri Sam agar ia tidak menyerah begitu
saja.
Pada suatu pagi, Reuben membujuk Sam untuk ikut rombongan kecil pasien yang akan
menonton pertunjukan boneka di Manhattan. Sam enggan, tetapi Reuben meyakinkan bahwa keluar
sebentar mungkin bisa memberinya udara baru. Sam akhirnya ikut, ditemani Frodo yang ia sematkan
di dalam tas kecilnya.
Suasana di kota tampak biasa, hingga kelompok itu mulai
menyadari benda-benda aneh meluncur dari langit seperti meteor kecil yang jatuh ke berbagai arah.
Tidak ada yang mengira bahwa benda itu adalah awal dari malapetaka. Dalam hitungan detik, makhluk
asing muncul dari reruntuhan meteor, menyerang kerumunan dan mencabik siapa pun yang
mengeluarkan suara. Suasana berubah menjadi kepanikan besar. Teriakan bergema di seluruh jalan,
sirene meraung, dan para makhluk itu berlari mengikuti sumber suara.
Satu
makhluk menghantam ambulans yang meraung keras. Ledakannya mengguncang area dan Sam
terpental, kepalanya membentur keras hingga ia tidak sadarkan diri.
Ketika Sam
membuka mata, ia berada di dalam gedung teater boneka, dikelilingi beberapa penyintas termasuk
Reuben, Henri, dan beberapa orang lain yang mencoba bertahan dengan saling memberi isyarat agar
tetap diam. Dari luar, terdengar lewat pengeras suara helikopter militer yang memperingatkan semua
warga untuk tetap bersembunyi dan tidak mengeluarkan suara apa pun sampai bantuan datang.
Sam merasakan ketakutan yang sulit ia jelaskan, terutama ketika ia melihat jet
tempur mengebom jembatan yang menghubungkan Manhattan dengan daratan utama. Jembatan itu
hancur demi mencegah para makhluk keluar dari pulau.
Salah seorang
penyintas tiba-tiba panik. Gerakannya terlalu bising dan Henri, yang berusaha menenangkannya, justru
tanpa sengaja menghabisi pria itu membuat situasi menjadi semakin tidak stabil.
Pada malam hari, listrik mati dan generator darurat otomatis menyala. Suaranya terlalu keras.
Reuben mencoba mematikannya, tetapi makhluk itu lebih cepat. Reuben diserang dan tewas di depan
Sam. Dengan gemetar, Sam memeluk Frodo dan kabur keluar gedung menuju arah Harlem.
Tidak lama kemudian, militer mengumumkan bahwa evakuasi akan dilakukan melalui
kapal di South Street Seaport. Karena makhluk itu tidak bisa berenang, perairan dianggap rute aman.
Banyak orang bergerak ke arah selatan untuk mencapai titik evakuasi. Namun kerumunan yang
berjalan dengan cemas menghasilkan suara yang memancing para makhluk. Keadaan berubah
menjadi kekacauan lagi dan Sam terpisah dari Frodo dalam keributan tersebut.
Di sisi lain kota, Eric, seorang mahasiswa hukum asal Inggris, melarikan diri dari stasiun bawah
tanah yang tergenang air. Dalam pelariannya, ia menemukan Frodo yang bersembunyi. Eric mengikuti
kucing itu hingga bertemu kembali dengan Sam. Sam memintanya langsung menuju titik evakuasi
tetapi Eric, yang masih terkejut dan ketakutan, justru mengikuti Sam pulang ke apartemennya. Di sana,
Eric mengetahui bahwa Sam dulu senang menulis puisi, sesuatu yang sudah ia tinggalkan sejak sakit.
Keesokan paginya Sam memutuskan pergi sendiri, tetapi Eric kembali
menyusulnya. Perjalanan keduanya tidak mudah. Sam tanpa sengaja membuat suara yang
membangunkan makhluk sehingga mereka terpaksa melarikan diri melalui jalur subway yang
tergenang air. Di sana mereka menghadapi makhluk yang terlelap, tetapi berhasil meloloskan diri dan
bersembunyi di sebuah gereja yang sudah hancur sebagian.
Ketika Sam
beristirahat, Eric mencari obat untuk Sam. Ia juga menemukan Frodo yang terjebak di lokasi konstruksi
dan sekaligus melihat sekelompok makhluk asing yang dipimpin makhluk lebih besar sedang
memakan sesuatu seperti sisa-sisa pod organik, seolah makhluk itu sedang berkembang biak.
Pada satu titik, Sam bercerita bahwa masa kecilnya diisi dengan menonton ayahnya
bermain jazz di sebuah klub di Harlem. Setelah itu mereka selalu makan pizza di Patsy's. Sam selalu
merasa ingin mengulang kenangan itu sebelum ia benar-benar kehilangan kesempatan. Tanpa diduga,
Eric mengabulkan permintaannya. Akhirnya mereka mengunjungi klub itu yang kini sudah gelap dan
kosong, mereka pun berlalu untuk mencari pizza dari toko lain.
Sesampainya di
tepi sungai, keduanya melihat kapal penuh penyintas yang sedang melaju meninggalkan Manhattan.
Sam dan Eric bergegas menuju arah air, tetapi makhluk mulai berkumpul di sepanjang daratan seolah
mengetahui bahwa manusia yang tersisa akan menuju pelabuhan. Dalam situasi itu, apakah Sam dan
Eric bisa melewati kawanan makhluk dan mencapai kapal yang mungkin menjadi satu-satunya
harapan keselamatan mereka?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.