Borderlands
Action Adventure Comedy

Borderlands

2024 101 menit PG-13
5.2/10
Rating 4.7/10
Sutradara
Eli Roth
Penulis Skenario
Eli Roth Joe Abercrombie
Studio
Lionsgate Arad Productions Picturestart

Film BORDERLANDS (2024) jadi salah satu tontonan yang cukup ditunggu, terutama buat KLovers yang suka aksi luar angkasa penuh kekacauan dan karakter nyentrik. Diangkat dari video game populer dengan nama yang sama, film ini membawa penonton ke dunia gila penuh humor khas dark comedy dan visual futuristik yang memanjakan mata. Disutradarai oleh Eli Roth dan dibintangi deretan aktor papan atas seperti Cate Blanchett, Kevin Hart, Jack Black, hingga Jamie Lee Curtis, film ini mencoba menghidupkan kembali semesta Borderlands dengan gaya yang seru dan penuh aksi.

Kisahnya berpusat pada Lilith, seorang pemburu hadiah yang juga dikenal sebagai penjahat luar angkasa. Ia kembali ke planet asalnya, Pandora, setelah mendapat misi dari seorang tokoh berpengaruh bernama Atlas. Misinya tidak main-main, Atlas meminta Lilith untuk menemukan kembali putrinya yang hilang, Tiny Tina. Tapi ternyata, pencarian ini malah membuka berbagai rahasia besar yang selama ini tersembunyi di balik dunia Pandora yang keras dan penuh misteri. Dalam perjalanannya, Lilith nggak sendirian. Ia bersekutu dengan sekelompok orang aneh, mulai dari Roland, seorang prajurit tangguh; Krieg, si "Psycho" yang punya masa lalu kelam; sampai Claptrap, robot cerewet yang kocaknya kebangetan.

Dari awal, Borderlands udah nunjukin kalau film ini nggak mau jadi sekadar film aksi serius. Setiap adegannya penuh warna, lelucon absurd, dan momen-momen yang bisa bikin KLovers tertawa di tengah kekacauan. Pandora sendiri digambarkan sebagai planet berdebu penuh bahaya, di mana hukum hanya berlaku bagi mereka yang kuat. Di sanalah Lilith dan timnya berusaha memecahkan misteri, sambil menghindari kejaran pasukan Crimson Lance, tentara pribadi milik Atlas yang siap menyingkirkan siapa pun yang menghalangi.

Yang menarik, karakter Lilith bukan pahlawan sempurna. Ia keras kepala, sarkastik, dan punya masa lalu rumit. Tapi justru di situlah daya tariknya. Cate Blanchett berhasil menghidupkan sisi tangguh dan emosional Lilith dengan sangat pas. Kevin Hart sebagai Roland juga tampil beda dari peran komedinya biasanya. Kali ini, ia jadi sosok serius yang tetap punya momen humor ringan. Sementara Jack Black, yang mengisi suara Claptrap, sukses jadi pusat tawa lewat tingkah robot kecil itu yang kadang terlalu percaya diri tapi tetap lovable.

Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Tiny Tina bukan sekadar gadis biasa. Ia ternyata hasil eksperimen genetik yang melibatkan DNA dari ras kuno bernama Eridians, makhluk yang pernah menguasai Pandora dan menyimpan teknologi super canggih di sebuah tempat rahasia yang dikenal sebagai The Vault. Nah, Atlas ingin membuka Vault itu karena percaya ada kekuatan besar di dalamnya. Tapi tentu saja, semuanya nggak berjalan mulus. Lilith dan timnya harus berhadapan dengan berbagai ancaman, dari makhluk buas hingga penghianatan dari orang yang mereka percayai.

Film ini juga punya banyak momen emosional, terutama saat Lilith berhadapan dengan masa lalunya. Di tengah perjalanan, ia bertemu kembali dengan Dr. Patricia Tannis, sosok yang dulu seperti ibu angkat baginya. Pertemuan ini membuka luka lama sekaligus memberi petunjuk penting tentang kunci Vault yang selama ini mereka cari. Tapi sayangnya, hubungan mereka juga penuh ketegangan dan rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Secara visual, Borderlands tampil memukau. Warna-warna neon, desain futuristik, dan efek CGI yang detail bikin dunia Pandora terasa hidup. Buat KLovers yang suka dunia fantasi seperti Mad Max atau Guardians of the Galaxy, film ini mungkin terasa familiar tapi tetap punya keunikan sendiri. Energinya cepat, penuh ledakan, dan nggak pernah terasa membosankan. Bahkan adegan pertempuran pun dikemas dengan koreografi yang dinamis dan musik latar yang bikin deg-degan.

Namun, di balik semua keseruannya, Borderlands juga punya beberapa momen yang bikin mikir. Tentang keserakahan manusia, tentang keluarga, dan tentang pilihan moral di dunia yang kacau. Karakter Tina, misalnya, menggambarkan sisi rapuh di balik keceriaan seorang remaja yang jadi korban ambisi orang dewasa. Sementara Lilith harus belajar bahwa kadang, menyelamatkan seseorang bukan berarti membawa mereka pulang, tapi memberi mereka kebebasan untuk memilih jalan sendiri.

Sayangnya, meskipun punya potensi besar, film ini dapet respon campur aduk dari kritikus. Beberapa merasa ceritanya terlalu padat dan kurang fokus, sementara yang lain menganggap humor yang digunakan terlalu "berisik". Tapi buat KLovers yang memang penggemar game-nya, film ini tetap terasa seperti reuni menyenangkan dengan karakter-karakter favorit. Banyak momen referensi ke game yang bakal bikin penggemar senyum sendiri, terutama saat Claptrap mulai ngomel tanpa henti atau Tina mulai bereaksi berlebihan dengan bom di tangannya.

Dengan durasi yang cukup padat, film ini menutup ceritanya dengan klimaks yang penuh aksi. Lilith akhirnya berhadapan langsung dengan Atlas, dan di sinilah kekuatan sejatinya terungkap. Ternyata Lilith bukan manusia biasa, ia adalah Firehawk, makhluk dengan kekuatan Eridian yang mampu membuka Vault. Tapi bukannya menyerahkan kekuatan itu ke tangan Atlas, Lilith justru menjebaknya di dalam Vault bersama makhluk misterius yang menyeretnya ke dalam kegelapan. Adegan ini jadi salah satu momen paling memuaskan di film, di mana Lilith akhirnya benar-benar menunjukkan siapa dirinya.

Akhir film ditutup dengan nuansa optimis. Tim Lilith, meskipun berantakan, berhasil bertahan hidup dan menemukan ikatan baru di tengah kekacauan. Claptrap tetap cerewet, Tina kembali ceria, dan Pandora masih menyimpan banyak misteri untuk dijelajahi. Meski bukan film sempurna, Borderlands berhasil membawa semangat gamenya ke layar lebar dengan gaya yang penuh energi dan humor khasnya.

Buat KLovers yang suka film aksi dengan karakter eksentrik, dialog sarkastik, dan petualangan luar angkasa yang seru, Borderlands bisa jadi pilihan yang menarik buat ditonton. Siap-siap aja dibawa ke dunia gila penuh tawa, ledakan, dan sedikit drama yang bakal bikin KLovers mikir, siapa sebenarnya yang jadi pahlawan di planet seaneh ini?

Film BORDERLANDS (2024) jadi salah satu tontonan yang cukup ditunggu, terutama buat KLovers yang suka aksi luar angkasa penuh kekacauan dan karakter nyentrik. Diangkat dari video game populer dengan nama yang sama, film ini membawa penonton ke dunia gila penuh humor khas dark comedy dan visual futuristik yang memanjakan mata. Disutradarai oleh Eli Roth dan dibintangi deretan aktor papan atas seperti Cate Blanchett, Kevin Hart, Jack Black, hingga Jamie Lee Curtis, film ini mencoba menghidupkan kembali semesta Borderlands dengan gaya yang seru dan penuh aksi.

Kisahnya berpusat pada Lilith, seorang pemburu hadiah yang juga dikenal sebagai penjahat luar angkasa. Ia kembali ke planet asalnya, Pandora, setelah mendapat misi dari seorang tokoh berpengaruh bernama Atlas. Misinya tidak main-main—Atlas meminta Lilith untuk menemukan kembali putrinya yang hilang, Tiny Tina. Tapi ternyata, pencarian ini malah membuka berbagai rahasia besar yang selama ini tersembunyi di balik dunia Pandora yang keras dan penuh misteri. Dalam perjalanannya, Lilith nggak sendirian. Ia bersekutu dengan sekelompok orang aneh —mulai dari Roland, seorang prajurit tangguh; Krieg, si “Psycho” yang punya masa lalu kelam; sampai Claptrap, robot cerewet yang kocaknya kebangetan.

Dari awal, Borderlands udah nunjukin kalau film ini nggak mau jadi sekadar film aksi serius. Setiap adegannya penuh warna, lelucon absurd, dan momen-momen yang bisa bikin KLovers tertawa di tengah kekacauan. Pandora sendiri digambarkan sebagai planet berdebu penuh bahaya, di mana hukum hanya berlaku bagi mereka yang kuat. Di sanalah Lilith dan timnya berusaha memecahkan misteri, sambil menghindari kejaran pasukan Crimson Lance—tentara pribadi milik Atlas yang siap menyingkirkan siapa pun yang menghalangi.

Yang menarik, karakter Lilith bukan pahlawan sempurna. Ia keras kepala, sarkastik, dan punya masa lalu rumit. Tapi justru di situlah daya tariknya. Cate Blanchett berhasil menghidupkan sisi tangguh dan emosional Lilith dengan sangat pas. Kevin Hart sebagai Roland juga tampil beda dari peran komedinya biasanya. Kali ini, ia jadi sosok serius yang tetap punya momen humor ringan. Sementara Jack Black, yang mengisi suara Claptrap, sukses jadi pusat tawa lewat tingkah robot kecil itu yang kadang terlalu percaya diri tapi tetap lovable.

Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Tiny Tina bukan sekadar gadis biasa. Ia ternyata hasil eksperimen genetik yang melibatkan DNA dari ras kuno bernama Eridians—makhluk yang pernah menguasai Pandora dan menyimpan teknologi super canggih di sebuah tempat rahasia yang dikenal sebagai The Vault. Nah, Atlas ingin membuka Vault itu karena percaya ada kekuatan besar di dalamnya. Tapi tentu saja, semuanya nggak berjalan mulus. Lilith dan timnya harus berhadapan dengan berbagai ancaman, dari makhluk buas hingga penghianatan dari orang yang mereka percayai.

Film ini juga punya banyak momen emosional, terutama saat Lilith berhadapan dengan masa lalunya. Di tengah perjalanan, ia bertemu kembali dengan Dr. Patricia Tannis, sosok yang dulu seperti ibu angkat baginya. Pertemuan ini membuka luka lama sekaligus memberi petunjuk penting tentang kunci Vault yang selama ini mereka cari. Tapi sayangnya, hubungan mereka juga penuh ketegangan dan rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Secara visual, Borderlands tampil memukau. Warna-warna neon, desain futuristik, dan efek CGI yang detail bikin dunia Pandora terasa hidup. Buat KLovers yang suka dunia fantasi seperti Mad Max atau Guardians of the Galaxy, film ini mungkin terasa familiar tapi tetap punya keunikan sendiri. Energinya cepat, penuh ledakan, dan nggak pernah terasa membosankan. Bahkan adegan pertempuran pun dikemas dengan koreografi yang dinamis dan musik latar yang bikin deg-degan.

Namun, di balik semua keseruannya, Borderlands juga punya beberapa momen yang bikin mikir. Tentang keserakahan manusia, tentang keluarga, dan tentang pilihan moral di dunia yang kacau. Karakter Tina, misalnya, menggambarkan sisi rapuh di balik keceriaan seorang remaja yang jadi korban ambisi orang dewasa. Sementara Lilith harus belajar bahwa kadang, menyelamatkan seseorang bukan berarti membawa mereka pulang—tapi memberi mereka kebebasan untuk memilih jalan sendiri.

Sayangnya, meskipun punya potensi besar, film ini dapet respon campur aduk dari kritikus. Beberapa merasa ceritanya terlalu padat dan kurang fokus, sementara yang lain menganggap humor yang digunakan terlalu “berisik”. Tapi buat KLovers yang memang penggemar game-nya, film ini tetap terasa seperti reuni menyenangkan dengan karakter-karakter favorit. Banyak momen referensi ke game yang bakal bikin penggemar senyum sendiri, terutama saat Claptrap mulai ngomel tanpa henti atau Tina mulai bereaksi berlebihan dengan bom di tangannya.

Dengan durasi yang cukup padat, film ini menutup ceritanya dengan klimaks yang penuh aksi. Lilith akhirnya berhadapan langsung dengan Atlas, dan di sinilah kekuatan sejatinya terungkap. Ternyata Lilith bukan manusia biasa—ia adalah Firehawk, makhluk dengan kekuatan Eridian yang mampu membuka Vault. Tapi bukannya menyerahkan kekuatan itu ke tangan Atlas, Lilith justru menjebaknya di dalam Vault bersama makhluk misterius yang menyeretnya ke dalam kegelapan. Adegan ini jadi salah satu momen paling memuaskan di film, di mana Lilith akhirnya benar-benar menunjukkan siapa dirinya.

Akhir film ditutup dengan nuansa optimis. Tim Lilith, meskipun berantakan, berhasil bertahan hidup dan menemukan ikatan baru di tengah kekacauan. Claptrap tetap cerewet, Tina kembali ceria, dan Pandora masih menyimpan banyak misteri untuk dijelajahi. Meski bukan film sempurna, Borderlands berhasil membawa semangat gamenya ke layar lebar dengan gaya yang penuh energi dan humor khasnya.

Buat KLovers yang suka film aksi dengan karakter eksentrik, dialog sarkastik, dan petualangan luar angkasa yang seru, Borderlands bisa jadi pilihan yang menarik buat ditonton. Siap-siap aja dibawa ke dunia gila penuh tawa, ledakan, dan sedikit drama yang bakal bikin KLovers mikir, siapa sebenarnya yang jadi pahlawan di planet seaneh ini?

Cate Blanchett Lilith
Kevin Hart Roland
Edgar Ramu00edrez Atlas
Jamie Lee Curtis Tannis
Ariana Greenblatt Tiny Tina
Florian Munteanu Krieg
Janina Gavankar Knoxx
Jack Black Claptrap
Benjamin Byron Davis Marcus
Olivier Richters Krom

Jadwal Film