Borderlands
Synopsis
Film BORDERLANDS (2024) jadi salah satu tontonan yang cukup ditunggu, terutama buat KLovers yang suka aksi luar angkasa penuh kekacauan dan karakter nyentrik. Diangkat dari video game populer dengan nama yang sama, film ini membawa penonton ke dunia gila penuh humor khas dark comedy dan visual futuristik yang memanjakan mata. Disutradarai oleh Eli Roth dan dibintangi deretan aktor papan atas seperti Cate Blanchett, Kevin Hart, Jack Black, hingga Jamie Lee Curtis, film ini mencoba menghidupkan kembali semesta Borderlands dengan gaya yang seru dan penuh aksi.
Kisahnya berpusat pada Lilith, seorang pemburu hadiah yang juga dikenal sebagai penjahat luar angkasa. Ia kembali ke planet asalnya, Pandora, setelah mendapat misi dari seorang tokoh berpengaruh bernama Atlas. Misinya tidak main-main, Atlas meminta Lilith untuk menemukan kembali putrinya yang hilang, Tiny Tina. Tapi ternyata, pencarian ini malah membuka berbagai rahasia besar yang selama ini tersembunyi di balik dunia Pandora yang keras dan penuh misteri. Dalam perjalanannya, Lilith nggak sendirian. Ia bersekutu dengan sekelompok orang aneh, mulai dari Roland, seorang prajurit tangguh; Krieg, si "Psycho" yang punya masa lalu kelam; sampai Claptrap, robot cerewet yang kocaknya kebangetan.
Dari awal, Borderlands udah nunjukin kalau film ini nggak mau jadi sekadar film aksi serius. Setiap adegannya penuh warna, lelucon absurd, dan momen-momen yang bisa bikin KLovers tertawa di tengah kekacauan. Pandora sendiri digambarkan sebagai planet berdebu penuh bahaya, di mana hukum hanya berlaku bagi mereka yang kuat. Di sanalah Lilith dan timnya berusaha memecahkan misteri, sambil menghindari kejaran pasukan Crimson Lance, tentara pribadi milik Atlas yang siap menyingkirkan siapa pun yang menghalangi.
Yang menarik, karakter Lilith bukan pahlawan sempurna. Ia keras kepala, sarkastik, dan punya masa lalu rumit. Tapi justru di situlah daya tariknya. Cate Blanchett berhasil menghidupkan sisi tangguh dan emosional Lilith dengan sangat pas. Kevin Hart sebagai Roland juga tampil beda dari peran komedinya biasanya. Kali ini, ia jadi sosok serius yang tetap punya momen humor ringan. Sementara Jack Black, yang mengisi suara Claptrap, sukses jadi pusat tawa lewat tingkah robot kecil itu yang kadang terlalu percaya diri tapi tetap lovable.
Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Tiny Tina bukan sekadar gadis biasa. Ia ternyata hasil eksperimen genetik yang melibatkan DNA dari ras kuno bernama Eridians, makhluk yang pernah menguasai Pandora dan menyimpan teknologi super canggih di sebuah tempat rahasia yang dikenal sebagai The Vault. Nah, Atlas ingin membuka Vault itu karena percaya ada kekuatan besar di dalamnya. Tapi tentu saja, semuanya nggak berjalan mulus. Lilith dan timnya harus berhadapan dengan berbagai ancaman, dari makhluk buas hingga penghianatan dari orang yang mereka percayai.
Film ini juga punya banyak momen emosional, terutama saat Lilith berhadapan dengan masa lalunya. Di tengah perjalanan, ia bertemu kembali dengan Dr. Patricia Tannis, sosok yang dulu seperti ibu angkat baginya. Pertemuan ini membuka luka lama sekaligus memberi petunjuk penting tentang kunci Vault yang selama ini mereka cari. Tapi sayangnya, hubungan mereka juga penuh ketegangan dan rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Secara visual, Borderlands tampil memukau. Warna-warna neon, desain futuristik, dan efek CGI yang detail bikin dunia Pandora terasa hidup. Buat KLovers yang suka dunia fantasi seperti Mad Max atau Guardians of the Galaxy, film ini mungkin terasa familiar tapi tetap punya keunikan sendiri. Energinya cepat, penuh ledakan, dan nggak pernah terasa membosankan. Bahkan adegan pertempuran pun dikemas dengan koreografi yang dinamis dan musik latar yang bikin deg-degan.
Namun, di balik semua keseruannya, Borderlands juga punya beberapa momen yang bikin mikir. Tentang keserakahan manusia, tentang keluarga, dan tentang pilihan moral di dunia yang kacau. Karakter Tina, misalnya, menggambarkan sisi rapuh di balik keceriaan seorang remaja yang jadi korban ambisi orang dewasa. Sementara Lilith harus belajar bahwa kadang, menyelamatkan seseorang bukan berarti membawa mereka pulang, tapi memberi mereka kebebasan untuk memilih jalan sendiri.
Sayangnya, meskipun punya potensi besar, film ini dapet respon campur aduk dari kritikus. Beberapa merasa ceritanya terlalu padat dan kurang fokus, sementara yang lain menganggap humor yang digunakan terlalu "berisik". Tapi buat KLovers yang memang penggemar game-nya, film ini tetap terasa seperti reuni menyenangkan dengan karakter-karakter favorit. Banyak momen referensi ke game yang bakal bikin penggemar senyum sendiri, terutama saat Claptrap mulai ngomel tanpa henti atau Tina mulai bereaksi berlebihan dengan bom di tangannya.
Dengan durasi yang cukup padat, film ini menutup ceritanya dengan klimaks yang penuh aksi. Lilith akhirnya berhadapan langsung dengan Atlas, dan di sinilah kekuatan sejatinya terungkap. Ternyata Lilith bukan manusia biasa, ia adalah Firehawk, makhluk dengan kekuatan Eridian yang mampu membuka Vault. Tapi bukannya menyerahkan kekuatan itu ke tangan Atlas, Lilith justru menjebaknya di dalam Vault bersama makhluk misterius yang menyeretnya ke dalam kegelapan. Adegan ini jadi salah satu momen paling memuaskan di film, di mana Lilith akhirnya benar-benar menunjukkan siapa dirinya.
Akhir film ditutup dengan nuansa optimis. Tim Lilith, meskipun berantakan, berhasil bertahan hidup dan menemukan ikatan baru di tengah kekacauan. Claptrap tetap cerewet, Tina kembali ceria, dan Pandora masih menyimpan banyak misteri untuk dijelajahi. Meski bukan film sempurna, Borderlands berhasil membawa semangat gamenya ke layar lebar dengan gaya yang penuh energi dan humor khasnya.
Buat KLovers yang suka film aksi dengan karakter eksentrik, dialog sarkastik, dan petualangan luar angkasa yang seru, Borderlands bisa jadi pilihan yang menarik buat ditonton. Siap-siap aja dibawa ke dunia gila penuh tawa, ledakan, dan sedikit drama yang bakal bikin KLovers mikir, siapa sebenarnya yang jadi pahlawan di planet seaneh ini?
Film BORDERLANDS (2024) jadi salah satu tontonan yang cukup ditunggu, terutama buat KLovers yang suka aksi luar angkasa penuh kekacauan dan karakter nyentrik. Diangkat dari video game populer dengan nama yang sama, film ini membawa penonton ke dunia gila penuh humor khas dark comedy dan visual futuristik yang memanjakan mata. Disutradarai oleh Eli Roth dan dibintangi deretan aktor papan atas seperti Cate Blanchett, Kevin Hart, Jack Black, hingga Jamie Lee Curtis, film ini mencoba menghidupkan kembali semesta Borderlands dengan gaya yang seru dan penuh aksi.
Kisahnya berpusat pada Lilith, seorang pemburu hadiah yang juga dikenal sebagai penjahat luar angkasa. Ia kembali ke planet asalnya, Pandora, setelah mendapat misi dari seorang tokoh berpengaruh bernama Atlas. Misinya tidak main-main—Atlas meminta Lilith untuk menemukan kembali putrinya yang hilang, Tiny Tina. Tapi ternyata, pencarian ini malah membuka berbagai rahasia besar yang selama ini tersembunyi di balik dunia Pandora yang keras dan penuh misteri. Dalam perjalanannya, Lilith nggak sendirian. Ia bersekutu dengan sekelompok orang aneh —mulai dari Roland, seorang prajurit tangguh; Krieg, si “Psycho” yang punya masa lalu kelam; sampai Claptrap, robot cerewet yang kocaknya kebangetan.
Dari awal, Borderlands udah nunjukin kalau film ini nggak mau jadi sekadar film aksi serius. Setiap adegannya penuh warna, lelucon absurd, dan momen-momen yang bisa bikin KLovers tertawa di tengah kekacauan. Pandora sendiri digambarkan sebagai planet berdebu penuh bahaya, di mana hukum hanya berlaku bagi mereka yang kuat. Di sanalah Lilith dan timnya berusaha memecahkan misteri, sambil menghindari kejaran pasukan Crimson Lance—tentara pribadi milik Atlas yang siap menyingkirkan siapa pun yang menghalangi.
Yang menarik, karakter Lilith bukan pahlawan sempurna. Ia keras kepala, sarkastik, dan punya masa lalu rumit. Tapi justru di situlah daya tariknya. Cate Blanchett berhasil menghidupkan sisi tangguh dan emosional Lilith dengan sangat pas. Kevin Hart sebagai Roland juga tampil beda dari peran komedinya biasanya. Kali ini, ia jadi sosok serius yang tetap punya momen humor ringan. Sementara Jack Black, yang mengisi suara Claptrap, sukses jadi pusat tawa lewat tingkah robot kecil itu yang kadang terlalu percaya diri tapi tetap lovable.
Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Tiny Tina bukan sekadar gadis biasa. Ia ternyata hasil eksperimen genetik yang melibatkan DNA dari ras kuno bernama Eridians—makhluk yang pernah menguasai Pandora dan menyimpan teknologi super canggih di sebuah tempat rahasia yang dikenal sebagai The Vault. Nah, Atlas ingin membuka Vault itu karena percaya ada kekuatan besar di dalamnya. Tapi tentu saja, semuanya nggak berjalan mulus. Lilith dan timnya harus berhadapan dengan berbagai ancaman, dari makhluk buas hingga penghianatan dari orang yang mereka percayai.
Film ini juga punya banyak momen emosional, terutama saat Lilith berhadapan dengan masa lalunya. Di tengah perjalanan, ia bertemu kembali dengan Dr. Patricia Tannis, sosok yang dulu seperti ibu angkat baginya. Pertemuan ini membuka luka lama sekaligus memberi petunjuk penting tentang kunci Vault yang selama ini mereka cari. Tapi sayangnya, hubungan mereka juga penuh ketegangan dan rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Secara visual, Borderlands tampil memukau. Warna-warna neon, desain futuristik, dan efek CGI yang detail bikin dunia Pandora terasa hidup. Buat KLovers yang suka dunia fantasi seperti Mad Max atau Guardians of the Galaxy, film ini mungkin terasa familiar tapi tetap punya keunikan sendiri. Energinya cepat, penuh ledakan, dan nggak pernah terasa membosankan. Bahkan adegan pertempuran pun dikemas dengan koreografi yang dinamis dan musik latar yang bikin deg-degan.
Namun, di balik semua keseruannya, Borderlands juga punya beberapa momen yang bikin mikir. Tentang keserakahan manusia, tentang keluarga, dan tentang pilihan moral di dunia yang kacau. Karakter Tina, misalnya, menggambarkan sisi rapuh di balik keceriaan seorang remaja yang jadi korban ambisi orang dewasa. Sementara Lilith harus belajar bahwa kadang, menyelamatkan seseorang bukan berarti membawa mereka pulang—tapi memberi mereka kebebasan untuk memilih jalan sendiri.
Sayangnya, meskipun punya potensi besar, film ini dapet respon campur aduk dari kritikus. Beberapa merasa ceritanya terlalu padat dan kurang fokus, sementara yang lain menganggap humor yang digunakan terlalu “berisik”. Tapi buat KLovers yang memang penggemar game-nya, film ini tetap terasa seperti reuni menyenangkan dengan karakter-karakter favorit. Banyak momen referensi ke game yang bakal bikin penggemar senyum sendiri, terutama saat Claptrap mulai ngomel tanpa henti atau Tina mulai bereaksi berlebihan dengan bom di tangannya.
Dengan durasi yang cukup padat, film ini menutup ceritanya dengan klimaks yang penuh aksi. Lilith akhirnya berhadapan langsung dengan Atlas, dan di sinilah kekuatan sejatinya terungkap. Ternyata Lilith bukan manusia biasa—ia adalah Firehawk, makhluk dengan kekuatan Eridian yang mampu membuka Vault. Tapi bukannya menyerahkan kekuatan itu ke tangan Atlas, Lilith justru menjebaknya di dalam Vault bersama makhluk misterius yang menyeretnya ke dalam kegelapan. Adegan ini jadi salah satu momen paling memuaskan di film, di mana Lilith akhirnya benar-benar menunjukkan siapa dirinya.
Akhir film ditutup dengan nuansa optimis. Tim Lilith, meskipun berantakan, berhasil bertahan hidup dan menemukan ikatan baru di tengah kekacauan. Claptrap tetap cerewet, Tina kembali ceria, dan Pandora masih menyimpan banyak misteri untuk dijelajahi. Meski bukan film sempurna, Borderlands berhasil membawa semangat gamenya ke layar lebar dengan gaya yang penuh energi dan humor khasnya.
Buat KLovers yang suka film aksi dengan karakter eksentrik, dialog sarkastik, dan petualangan luar angkasa yang seru, Borderlands bisa jadi pilihan yang menarik buat ditonton. Siap-siap aja dibawa ke dunia gila penuh tawa, ledakan, dan sedikit drama yang bakal bikin KLovers mikir, siapa sebenarnya yang jadi pahlawan di planet seaneh ini?
Pemeran
Jadwal Film
Pangku
Kuncen
Solata
Sosok Ketiga: Lintrik
The First Ride
Boss
Predator: Badlands
Caught Stealing
G-DRAGON IN CINEMA: UBERMENSCH
Shutter
Si Paling Aktor
Pengin Hijrah
Stolen Girl
Badik
Tumbal Darah
Cyberbullying (2025)
Abadi Nan Jaya
Air Mata Di Ujung Sajadah 2
Maju Serem Mundur Horor
Murderer Report
Rosario
Getih Ireng
Rangga & Cinta
Black Phone 2
Tron: Ares
No Other Choice
The Woman in Cabin 10
Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung
One Battle After Another
J-hope Tour - Hope On The Stage The Movie
12 November 2025
The Running Man
12 November 2025
Now You See Me: Now You Don't
12 November 2025
Tak Kenal Maka Taaruf
13 November 2025
Pesugihan Sate Gagak
13 November 2025
Sampai Titik Terakhirmu
13 November 2025
Dopamin
13 November 2025
Tak Kenal Maka Taaruf
13 November 2025
Wicked
14 November 2025
My Boo
14 November 2025
Wicked: For Good
19 November 2025
Keeper
19 November 2025
Leak 2 (Jimat Dadong)
20 November 2025
Danyang Wingit Jumat Kliwon
20 November 2025
Belum Ada Judul
20 November 2025
Keadilan (2025)
20 November 2025
Deliver Me from Nowhere
21 November 2025
Legenda Kelam Malin Kundang
25 November 2025
Zootopia 2
26 November 2025
Agak Laen: Menyala Pantiku!
27 November 2025
Air Mata Mualaf
27 November 2025
Legenda Kelam Malin Kundang
27 November 2025
MONSTA X: CONNECT X IN CINEMAS
03 Desember 2025
Ozora: Penganiayaan Brutal Penguasa Jaksel
04 Desember 2025
Riba
04 Desember 2025
NIA
04 Desember 2025
Mengejar Restu
11 Desember 2025
Mertua Ngeri Kali
11 Desember 2025
Timur
18 Desember 2025
Janur Ireng: Sewu Dino The Prequel
24 Desember 2025
Dusun Mayit
31 Desember 2025Berita Lainnya
Daftar Lengkap Nominasi IMAA 2025: 'SORE' dan '1 KAKAK 7 PONAKAN' Mendominasi