Pada awal abad ke-15 di Inggris, Raja muda Henry V menghadapi tekanan besar dari para pemuka gereja dan bangsawan yang ingin mengalihkan perhatiannya dari urusan dalam negeri dengan mendorongnya menuntut takhta Prancis. Didukung oleh Uskup Ely dan Uskup Agung Canterbury, Henry diyakinkan bahwa ia memiliki hak sah atas mahkota Prancis meskipun hukum Salic menolak klaim tersebut. Dorongan itu menyalakan ambisi besar dalam dirinya, dan ketika putra mahkota Prancis, Dauphin, menghina Henry dengan mengirim sekeranjang bola tenis, sang raja muda menjadikannya sebagai tantangan perang yang tak bisa diabaikan.