[Review] 'THE AMAZING SPIDER-MAN 2: RISE OF ELECTRO'
dok. Sony Pictures
KapanLagi.com - Oleh: Abbas Aditya
Columbia Pictures dan Marvel tampaknya tahu masih banyak hal (dan keuntungan) yang bisa didapat dari kisah Peter Parker si Manusia Laba-Laba. Setelah timbul konflik kreatif dan diakhiri dengan pemecatan Sam Raimi saat penggarapan naskah SPIDER-MAN 4, mereka memutuskan untuk melakukan reboot petualangan Spidey dengan Marc Webb duduk di kursi penyutradaraan.
Walau sempat diragukan, Marc yang angkat nama lewat salah satu romcom berpengaruh bertajuk (500) DAYS OF SUMMER, membantah dengung tersebut lewat keberhasilan THE AMAZING SPIDER-MAN yang tidak hanya bisa dilihat dari raihan finansial saja, tapi juga dari segi kritik. Tak heran bila sekuelnya segera digarap, bahkan muncul gagasan kembangkan universe Spider-Man dengan skala massive. Dan semua itu terlihat dari ambisiusnya sekuel reboot ini.
Status baru sebagai Spider-Man membuat hidup Peter Parker (Andrew Garfield) tak lagi sama. Di usia yang begitu muda, dirinya mengemban misi sebagai pahlawan pemberantas segala bentuk kejahatan. Namun karena hal itu pula ia harus menjauhi kekasihnya seperti pesan terakhir ayah Gwen Stacy (Emma Stone), George, sebelum meninggal.
Advertisement
Electro, manusia dengan kekuatan listrik yang menjadi lawan berat SpiderMan di film kedua ini. Seperti yang sudah saya singgung di awal, sekuel ini dirancang dengan ambisius. Hal tersebut terlihat dari hilangnya karakter Mary Jane yang diplot pada Shailene Woodley, penulisan ulang naskah dan pilihan open ending yang mengarah pada kemunculan Sinsiter Six. Walau berimbas pada membengkaknya durasi (yang terkesan dipaksakan), namun Marc Webb dan tim-nya berhasil menggodok bangunan karakter dengan cukup matang sehingga tidak perlu berebutan porsi untuk ditampilkan.
Dan seperti yang diharapkan, THE AMAZING SPIDER-MAN 2: RISE OF ELECTRO akan memuaskan para fanboy karena seperti yang sudah disajikan predesesornya, sekuel ini masih setia pada komik alih-alih mengekor versi Sam Raimi yang lebih gelap dengan kelokan di sana-sini. Namun tentu kalian harus menerima salah satu konsekuensi kesetiaan tersebut dalam wujud berakhirnya kisah cinta Peter dan Gwen dengan begitu dramatis.
Mengingat pasangan di dunia nyata ini memiliki chemistry yang menjadi daya tarik tersendiri bagi filmnya, besar kemungkinan kalian tidak akan rela dengan pilihan klimaksnya. Hingga dihilangkannya porsi MJ yang saya asumsikan bakal muncul pada film keempat, menjadi sebuah hal yang layak dan memang pantas dilakukan.
Pemain lain pun juga berakting tak kalah apik seperti Dane DeHaan sebagai Harry Osborn/Green Goblin yang bengis, Jamie Foxx sebagai Max Dillon/Electro dengan music dubstep di setiap kemunculannya, Paul Giamatti sebagai Rhino, serta Felicity Jones sebagai Felicia yang dalam komiknya merupakan alter ego dari Black Cat.
Dane Dehaan memerankan Green Goblin dalam cerita. Dari teman menjadi lawan. Apakah yang menyebabkan ia demikian?Selepas itu, sebagai pembuka summer blockbuster, Marc Webb sukses memantik api persaingan yang cukup panas. Juga rasa penasaran pada film ketiga yang digosipkan bakal lebih dari apa yang kalian bayangkan.
   Â
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
(kpl/abs/dka)
Adi Abbas Nugroho
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
