Pearl
Drama Horror Thriller

Pearl

2022 103 menit R
7.7/10
Rating 7/10
Sutradara
Ti West
Penulis Skenario
Ti West Mia Goth
Studio
A24 Little Lamb Imagezone

Kisah ini berlatar pada tahun 1918, ketika dunia masih berada dalam bayang-bayang perang besar dan wabah mematikan yang merenggut banyak nyawa. Di sebuah peternakan terpencil di Texas, hidup seorang perempuan muda bernama Pearl bersama kedua orang tuanya yang merupakan imigran asal Jerman. Suaminya, Howard, sedang bertugas sebagai tentara dalam Perang Dunia I sehingga Pearl hanya ditemani ayahnya yang lumpuh dan ibunya, Ruth, yang tegas, keras, dan sangat protektif.

Keluarga ini menjalani kehidupan yang serba terbatas karena harus mengisolasi diri demi menjaga kesehatan, mengingat wabah flu Spanyol tengah merajalela. Lingkungan yang sunyi dan rutinitas yang sama setiap hari membuat Pearl merasa seluruh hidupnya berhenti di tempat seolah ia tidak pernah diberi kesempatan untuk bergerak maju.

Pearl yang masih muda memiliki impian besar untuk menjadi penari atau bintang film. Ia ingin keluar dari keterasingan peternakan dan merasakan dunia yang jauh lebih luas. Namun Ruth, yang hidup dengan rasa takut terhadap penyakit dan tekanan ekonomi, menolak semua keinginan anaknya. Baginya, Pearl harus tetap tinggal di rumah untuk merawat ayahnya dan menjaga peternakan agar tetap berjalan.

Penolakan demi penolakan membuat Pearl merasa terperangkap dan semakin tertekan. Keinginannya untuk bebas berubah menjadi amarah terpendam yang perlahan berkembang menjadi sisi gelap dalam dirinya, hingga ia mulai sulit membedakan mana keinginan tulus dan mana dorongan emosional yang muncul karena rasa terkurung terlalu lama.

Di balik keramahannya, Pearl menyimpan perilaku yang mengkhawatirkan. Ia diam diam melampiaskan kemarahannya pada sang ayah yang tak berdaya. Ia juga sering membunuh hewan kecil di sekitar peternakan dan memberikan bangkai hewan itu kepada seekor buaya yang ia namai Theda, yang hidup di rawa dekat peternakan.

Keganjilan ini semakin mempertegas bahwa Pearl tidak lagi mampu menahan tekanan hidupnya. Ia membutuhkan pelarian, sesuatu yang bisa memberinya kesempatan untuk merasa hidup kembali, bahkan jika cara yang ia pilih perlahan mulai melampaui batas yang wajar.

Suatu hari ketika Pearl mendapat kesempatan untuk pergi ke kota, ia bertemu dengan seorang operator proyektor di bioskop. Laki-laki itu langsung menaruh perhatian kepadanya dan memperlakukan Pearl dengan cara yang tidak pernah ia dapatkan di rumah. Perhatian kecil itu saja sudah cukup membuat Pearl merasakan secercah harapan akan kehidupan yang berbeda dari kesehariannya yang monoton. Ia mulai membayangkan masa depan yang lebih cerah, masa depan yang membebaskannya dari peternakan yang sudah lama ia anggap sebagai penjara.

Setelah kembali ke peternakan, kondisinya semakin tidak stabil. Ia menari seorang diri di ladang jagung sambil berkhayal menjadi bintang panggung dan bahkan berfantasi dengan sosok manusia patung yang ada di ladang tersebut. Adegan itu menunjukkan betapa tergerusnya batas antara kenyataan dan imajinasi dalam pikirannya. Setiap gerakan tarinya dipenuhi beban emosional yang ia simpan selama bertahun-tahun, seakan ia menumpahkan semua ketakutan dan keinginannya dalam satu momen yang tidak mungkin dipahami oleh siapa pun di sekitarnya.

Saat makan malam, Ruth memarahi Pearl karena ketahuan berbohong mengenai uang yang ia gunakan untuk menonton film. Selain itu, Ruth merasa Pearl terlalu memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak menghargai pengorbanan keluarga. Tekanan dari ibunya membuat Pearl semakin meledak secara emosional, terlebih karena ia merasa tidak pernah dipandang sebagai seorang individu yang boleh memiliki impian ataupun keinginan.

Namun dalam semua kekacauan itu, Pearl mendengar kabar dari Mitsy, kakak iparnya, bahwa akan ada audisi untuk mencari para penari baru yang akan tampil keliling negara bagian. Informasi itu menjadi titik harapan baru dalam hidupnya. Pearl yakin bahwa audisi tersebut bisa menjadi jalan keluarnya dari peternakan yang selalu menghimpitnya. Ia mulai membayangkan kemungkinan untuk hidup di atas panggung, tampil di hadapan orang-orang, dan meninggalkan semua beban yang selama ini menahannya.

Pearl kemudian kembali mengunjungi operator bioskop yang sudah ia temui. Laki-laki itu menunjukkan padanya sebuah film bawah tanah yang bersifat terlarang, sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Momen itu membuatnya merasa semakin dekat dengan dunia yang ia impikan, dunia yang bebas dan jauh dari kontrol ketat ibunya. Namun rasa bersalah Pearl tetap ada. Ia mengaku tidak bisa meninggalkan keluarganya, meski dalam hatinya ia berharap mereka tidak lagi menjadi penghalang dalam hidupnya.

Malam itu, saat makan malam di rumah, pertengkaran besar tidak terhindarkan. Ruth memarahi Pearl dengan keras dan menyatakan bahwa semua impian Pearl hanyalah bentuk pelarian dari tanggung jawab. Pearl yang sudah menahan emosi selama bertahun tahun akhirnya meledak. Adu mulut yang panas berubah menjadi tragedi ketika Pearl mendorong ibunya hingga terjatuh dan gaun yang dikenakannya tersambar api dari perapian.

Dalam kepanikan, Pearl menyiramkan air panas untuk memadamkan api, tetapi tindakan itu justru memperparah kondisi Ruth. Setelah itu Pearl menyeret tubuh ibunya ke ruang bawah tanah dan meninggalkannya di sana, sementara ayahnya ditinggalkan sendirian di kursi roda tanpa bisa melakukan apa pun.

Pearl melarikan diri menuju rumah operator bioskop dan menghabiskan malam bersamanya. Namun keesokan harinya, saat laki-laki itu mengantar Pearl kembali ke peternakan untuk bersiap menuju audisi, ia mulai merasa ada yang tidak beres setelah melihat perilaku Pearl yang berubah-ubah serta bangkai babi membusuk yang dibiarkan begitu saja di depan rumah.

Dengan semua tekanan batin yang menumpuk, dengan kondisi rumah yang perlahan berubah menjadi tempat tragedi, dan dengan audisi yang sudah tinggal selangkah lagi, apakah Pearl mampu mengendalikan dirinya agar impiannya tidak berubah menjadi mimpi buruk yang menyelimuti seluruh hidupnya?

Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.

Mia Goth Pearl
David Corenswet Projectionist
Tandi Wright Ruth
Matthew Sunderland Father
Emma Jenkins-Purro Mitsy
Alistair Sewell Howard
Amelia Reid Margaret
Gabe McDonnell Woman
Lauren Stewart Pianist
Todd Rippon Director

Jadwal Film