Di kota kecil Stillwater, Oklahoma, Bill Baker menjalani hidup yang keras sejak ia kehilangan
pekerjaannya sebagai roughneck di industri pengeboran minyak. Usianya tidak lagi muda dan
kesempatan kerja makin sempit. Ia mengandalkan pekerjaan serabutan di konstruksi dan
pembersihan area bencana setelah tornado menghantam Shawnee.
Meski ia bekerja tanpa
lelah, setiap usaha mencari posisi baru di rig minyak selalu berakhir buntu. Hidupnya berjalan
seadanya dan serba sulit, namun Bill terus bergerak karena ada satu alasan yang membuatnya bangun
setiap pagi, yaitu putrinya, Allison.
Sebelum ia terbang ke Prancis, Bill sempat menemui
Sharon, ibu dari mendiang istrinya. Sharon masih menyimpan luka atas kematian putrinya dan
terpecahnya keluarga mereka. Namun bagaimanapun keadaannya, keduanya tetap terhubung oleh
Allison, yang kini sudah lima tahun menjalani hukuman penjara dari total sembilan tahun atas
dakwaan pembunuhan.
Allison sebelumnya menempuh pendidikan di
universitas di Marseille dan kemudian dituduh membunuh Lina, teman sekamarnya sekaligus
kekasihnya. Meskipun Allison bersikeras bahwa ia tidak bersalah, pengadilan memutuskan sebaliknya
dan sejak itu hidupnya terhenti di balik jeruji.
Setibanya Bill di Marseille, ia
mengunjungi Allison. Pertemuan itu terasa kaku dan penuh ketegangan. Allison menyadari bahwa
waktu terus berjalan, tetapi kenyataan bahwa ia masih akan menghabiskan empat tahun lagi di
penjara membuat hatinya semakin lelah. Ia memberikan Bill sebuah surat berbahasa Prancis dan
memintanya menyerahkan kepada Leparq, pengacaranya. Bill yang tidak paham bahasa Prancis hanya
bisa membawa surat itu dengan harapan isinya memberi titik terang.
Ketika Bill
bertemu Leparq, pengacara itu menjelaskan bahwa Allison mendengar rumor dari mantan
profesornya, Patrick Okonedo, mengenai seorang pria yang mengaku sebagai pembunuh Lina. Namun
Leparq tidak memberi harapan apa pun. Ia mengatakan bahwa hakim tidak akan meninjau ulang kasus
hanya berdasarkan rumor tanpa bukti kuat.
Bill paham semuanya buntu, tetapi
ia tidak tega menghancurkan harapan anaknya. Ia akhirnya berbohong kepada Allison bahwa kasusnya
akan dibuka kembali. Kebohongan itu kemudian menjadi beban yang ia bawa sepanjang perjalanan.
Di hotel tempat ia menginap, Bill bertemu Maya, seorang anak kecil yang
tinggal bersama ibunya, Virginie. Setelah membantu Maya, Bill meminta Virginie menerjemahkan surat
Allison. Dari situ terungkap betapa putus asanya Allison, betapa ia merasa sendirian di negeri asing,
dan betapa sedikitnya keyakinan yang tersisa bahwa ayahnya bisa menolong.
Bill terus mencari celah lain. Dirosa, mantan polisi yang dulu menangani kasus Allison dan kini
bekerja sebagai penyelidik swasta, memberi peringatan bahwa satu satunya cara membebaskan
Allison adalah menemukan bukti DNA yang mengarah kepada pelaku asli. Bill pun menemui Okonedo
untuk meminta informasi. Profesor itu memberikan nomor telepon Souad, seorang mahasiswa yang
mengaku mengenal pria yang membunuh Lina.
Bersama Virginie yang
membantunya sebagai penerjemah, Bill bertemu Souad di sebuah restoran cepat saji. Gadis itu
menyebut nama Akim, pria yang konon tinggal di salah satu daerah kumuh di Marseille bernama
Kalliste. Namun percakapan mereka tidak berlangsung lama karena teman Souad curiga dengan niat
Bill dan menyeret Souad pergi.
Virginie kemudian mencari informasi lewat
media sosial. Ia menemukan beberapa foto, dan Bill membawanya ke penjara untuk diperlihatkan
kepada Allison. Allison mengenali wajah Akim, semakin meyakinkan Bill bahwa informasi itu bukan
sekadar rumor.
Bertekad menemukannya, Bill pergi ke Kalliste. Namun ia justru
dipukuli kelompok preman hingga sekelompok pria lain muncul, termasuk Akim sendiri. Akim tidak
terkejar, dan Bill diusir dari wilayah itu. Ketika ia kembali ke Allison dan mengakui bahwa ia berbohong
soal bantuan dari Leparq serta tidak berhasil menangkap Akim, Allison murka dan mengusir ayahnya
dari ruang kunjungan.
Empat bulan berlalu. Bill memutuskan tetap tinggal di
Marseille. Ia menyewa kamar di rumah Virginie dan membantu menjaga Maya. Untuk bertahan hidup,
ia bekerja di proyek konstruksi. Perlahan, Bill mulai membangun hidup baru di negeri asing. Allison
mendapat satu hari bebas bersyarat dengan pengawasan Bill. Pada kesempatan itu, Bill
memperkenalkan Allison kepada Virginie dan Maya.
Namun setelah kembali ke
penjara, Allison mencoba mengakhiri hidupnya. Upaya itu tidak berhasil, tetapi memperlihatkan betapa
rapuhnya kondisi mentalnya. Bill semakin sering menjenguknya, mencoba memberi harapan dan
merawat hubungan yang sempat runtuh. Di saat yang sama, hubungan Bill dan Virginie tumbuh
semakin dekat. Mereka mulai saling menyayangi dan membuka ruang dalam hidup masing masing.
Suatu hari, Bill membawa Maya menonton pertandingan sepak bola Olympique
de Marseille di Stade Velodrome. Saat suasana stadion penuh riuh, Bill melihat sosok Akim di antara
kerumunan. Didorong rasa putus asa dan tekad kuat membuktikan kebenaran, Bill mengikuti Akim.
Ketika Maya tertidur di mobil, Bill menculik Akim dan membawanya ke basement apartemen mereka.
Ia kemudian membayar Dirosa untuk melakukan tes DNA dengan sampel rambut Akim, berharap kali
ini ia menemukan jawaban pasti.
Namun Maya tanpa sengaja menemukan
Akim yang terikat di basement. Meski terkejut, ia memilih menjaga rahasia setelah Bill memohon.
Sementara itu keadaan menjadi semakin rumit. Akim mengaku bahwa bukan ia pembunuh Lina.
Menurut pengakuannya, Allison sendiri yang memintanya menghabisi Lina dan membayarnya dengan
kalung emas bertuliskan Stillwater.
Mendengar itu, Bill goyah dan mulai
mempertanyakan segala sesuatu yang ia perjuangkan. Dirosa yang curiga bahwa Bill menyandera
Akim menyamar sebagai petugas inspeksi bangunan untuk menanyai Virginie. Hal itu memicu
kecurigaan Virginie terhadap Bill dan memperburuk situasi yang sudah kacau.
Di tengah semua kebohongan, pengakuan mengejutkan, dan tekanan yang kian berat, mampukah
Bill menemukan jawaban yang sebenarnya sebelum hubungan yang baru ia bangun kembali bersama
Allison dan Virginie terancam runtuh begitu saja?
Penulis artikel: Abdilla Monica
Permata B.