Di dalam pesawat antariksa bernama MTS-42, tiga awak yang telah melewati pelatihan panjang
bersiap menjalankan misi dua tahun menuju Mars. Misi itu dipimpin oleh Mission Commander Marina
Barnett yang dikenal tegas dan berpengalaman. Bersamanya, ada seorang ahli biologi bernama David
Kim yang membawa penelitian penting tentang algae yang dapat menopang kehidupan di koloni Mars.
Awak ketiga adalah Zoe Levenson, seorang peneliti medis yang baru pertama kali melakukan
perjalanan jauh ke luar angkasa namun menunjukkan keberanian yang meyakinkan sejak persiapan
peluncuran. Ketiganya berangkat dengan keyakinan bahwa mereka telah memprediksi semua
kemungkinan buruk dan telah menyusun protokol keselamatan yang siap diaktifkan kapan saja.
Saat pesawat meluncur dan memasuki lintasan yang stabil, bagian upper stage dari roket
pengangkut terhubung ke badan utama pesawat melalui tether sepanjang ratusan meter yang
berfungsi sebagai pemberat untuk menciptakan gravitasi buatan berbasis inersia.
Namun
ketenangan yang mereka harapkan tidak berlangsung lama. Beberapa saat setelah pesawat mencapai
posisi aman, Commander Barnett melakukan pemeriksaan rutin pada modul sambungan. Ketika
membuka panel yang seharusnya kosong, ia menemukan seorang pria tergeletak tidak sadarkan diri di
balik sistem penopang kabin. Pria itu bernama Michael Adams, seorang teknisi pendukung peluncuran
yang tanpa sengaja terbawa ke dalam pesawat saat peluncuran dan tidak pernah terdeteksi dalam
pemeriksaan pra terbang.
Ketika tubuh Michael terjatuh karena panik dan
lemah, sebuah perangkat penting yang terpasang di ruang sempit itu ikut tergeser dan kemudian
rusak. Perangkat tersebut adalah alat pembersih karbon dioksida yang seharusnya menjaga
keseimbangan udara selama dua tahun ke depan. Dengan satu gerakan tak terduga, seluruh
perhitungan hidup awak berubah dalam hitungan detik.
Kejadian itu memaksa
keempat orang tersebut untuk mengandalkan tabung lithium hidroksida cadangan yang hanya
dirancang sebagai solusi darurat. Meskipun alat itu bisa menyaring karbon dioksida, kapasitasnya
tidak cukup untuk menanggung beban empat orang dalam perjalanan yang begitu panjang. Sebagai
tindakan awal, Barnett memerintahkan David untuk segera memindahkan eksperimen algae yang
seharusnya dibesarkan di koloni Mars menjadi percobaan nyata di dalam pesawat. Algae tersebut
diperkirakan dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan jika pertumbuhannya berhasil.
Namun kenyataan yang mereka hadapi jauh lebih keras daripada perhitungan di atas
kertas. Hanya setengah dari algae itu yang bertahan dalam kondisi pesawat yang tidak ideal. Jumlah
oksigen yang dapat dihasilkan masih jauh dari cukup. Perhitungan David menyimpulkan bahwa
oksigen itu hanya dapat menghidupi tiga orang sampai mereka sampai di Mars. Selebihnya, seseorang
harus dikorbankan.
Situasi itu menciptakan tekanan emosional yang
menyesakkan bagi seluruh awak. Barnett menghubungi pusat kendali misi untuk menanyakan
alternatif yang dapat menyelamatkan keempat orang. Jawaban yang diterima justru menambah beban
pikiran. Satu satunya solusi adalah melakukan spacewalk yang belum pernah diuji sebelumnya.
Dua awak harus memanjat sepanjang ratusan meter di luar pesawat melalui tether
untuk mencapai sisa oksigen cair yang tersimpan di bagian upper stage roket. Namun pusat kendali
menyatakan bahwa tindakan tersebut terlalu berisiko dan kemungkinan besar akan berakhir dengan
kematian dua awak sekaligus.
Barnett dan David mulai menimbang
kemungkinan mengorbankan Michael sebagai pilihan yang paling rasional meskipun hal itu terasa
tidak manusiawi. Di tengah suasana itu, Zoe memaksa keduanya menunda keputusan selama sepuluh
hari agar pusat kendali memiliki waktu tambahan untuk memikirkan strategi baru. Ia percaya bahwa
selalu ada cara lain, selama mereka belum menyerah.
Namun setelah beberapa
hari berlalu, pusat kendali tidak memberi solusi baru. David yang tertekan akhirnya memilih jujur
kepada Michael. Saat duduk berhadapan, David dengan suara berat menjelaskan kondisi aktual yang
membuat keberadaan Michael mengancam kelangsungan hidup seluruh awak. Ia menawarkan
suntikan mematikan sebagai pilihan paling tidak menyakitkan jika Michael ingin mengorbankan diri
demi yang lain.
Michael yang terkejut dan ketakutan sempat memikirkan
keputusan itu. Ia bahkan nyaris mengambil langkah ekstrem untuk mengakhiri hidupnya sebelum Zoe
menemukan dan menghentikannya. Ia menolak membiarkan Michael memutuskan sesuatu
berdasarkan rasa putus asa. Percakapan itu memunculkan tekad baru pada Zoe. Ia mengatakan
bahwa ia sendiri yang akan memanjat tether untuk mengambil oksigen cair jika itu dapat memberi
mereka peluang hidup yang lebih besar.
Sebelum rencana itu dijalankan, David
memeriksa kondisi algae sekali lagi dan menemukan bahwa seluruh algae yang tersisa telah mati.
Oksigen yang tersisa kini hanya cukup untuk dua orang sampai kapal mencapai Mars. Dengan
kenyataan itu, ia menyadari bahwa tidak melakukan apa pun hanya akan mempercepat kematian
mereka. Ia akhirnya setuju untuk mendampingi Zoe melakukan spacewalk yang berbahaya tersebut.
Zoe dan David memulai langkah menuju luar pesawat dengan pakaian EVA
yang lengkap. Mereka bergerak perlahan melewati jalur sempit sambil memastikan setiap simpul
tether dapat menopang berat tubuh mereka. Ketegangan meningkat setiap kali angin kosmik
mengguncang pakaian mereka. Setelah perjuangan panjang, mereka berhasil mencapai modul
penyimpanan dan menemukan oksigen cair yang dapat dipindahkan ke tabung kecil.
Mereka berhasil mengisi dua tabung yang cukup untuk menyelamatkan dua anggota awak
tambahan. Namun keberhasilan itu tidak bertahan lama. Pusat kendali memperingatkan adanya badai
radiasi akibat lontaran massa koronal yang mendekat dengan cepat. Mereka tidak punya pilihan selain
meninggalkan salah satu tabung demi menghindari paparan radiasi mematikan.
Mereka berdua kembali ke pesawat dengan sisa energi terakhir, tetapi musibah lain menimpa.
Akibat kegagalan peralatan di menit menit akhir, tabung satu satunya yang mereka selamatkan
terlepas dan hilang ke ruang hampa sebelum Zoe sempat meraihnya. Semua usaha keras mereka
lenyap dalam sekejap.
Ketika kondisi udara di dalam pesawat semakin menipis
dan waktu semakin pendek, keempat awak itu harus menghadapi kenyataan paling pahit. Dengan
oksigen yang tidak mencukupi untuk seluruhnya bertahan sampai Mars, apakah di antara mereka ada
yang memiliki keberanian untuk mengorbankan diri demi menyelamatkan yang lain, atau semua tidak
akan selamat?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.