Selama berabad-abad, lautan menjadi tempat lahirnya legenda dan teror. Dari kedalaman samudra,
muncul makhluk-makhluk raksasa yang disebut sea beasts, monster laut yang menghancurkan kapal,
menenggelamkan kota pesisir, dan menebar ketakutan di hati manusia. Untuk melawan ancaman itu,
para pelaut pemberani membentuk kelompok pemburu laut.
Mereka berlayar jauh ke wilayah
tak dikenal, mempertaruhkan nyawa demi memburu monster-monster yang mengancam kehidupan
manusia. Dari sekian banyak pemburu yang tersebar di lautan, tak ada yang lebih terkenal dan
disegani daripada kru kapal legendaris bernama Inevitable yang dipimpin oleh Kapten Crow.
Kapten Crow dikenal sebagai sosok pemberani dan keras kepala. Ia telah mengabdikan hidupnya
untuk satu tujuan mulia, yaitu memburu setiap monster laut hingga tak tersisa satu pun. Di sisinya ada
Sarah Sharpe, tangan kanannya yang cerdas dan tangguh, serta Jacob Holland, anak angkat Crow
yang telah tumbuh menjadi pelaut muda berbakat dan pemberani.
Jacob bukan
hanya awak kapal, ia adalah penerus yang dipercaya Kapten Crow untuk melanjutkan warisan
perburuan laut. Namun di balik semangat dan keberanian mereka, tersembunyi dendam yang
membara. Red Bluster, monster laut terbesar yang pernah mereka hadapi, masih menjadi bayang-
bayang dalam setiap pelayaran. Makhluk itu pernah merenggut mata Kapten Crow di masa lalu, dan
sejak saat itu, hidupnya hanya diisi oleh satu tekad, memburu Red Bluster sampai akhir hayat.
Para pemburu laut ini tak bekerja sendirian. Mereka beroperasi di bawah
perlindungan Raja dan Ratu dari Kerajaan Crown melalui lembaga bernama Three Bridges Society.
Berkat kerja sama itu, manusia berhasil bertahan selama ratusan tahun dari ancaman monster laut.
Namun kehidupan para pemburu tak pernah mudah.
Mereka dianggap
pahlawan, tetapi juga dituntut untuk terus membuktikan keberanian dan kemampuan mereka di
hadapan kerajaan. Setiap keberhasilan dirayakan, setiap kegagalan dipermalukan. Tekanan itu
membuat banyak pemburu kehilangan arah, termasuk Kapten Crow yang semakin terobsesi dengan
perburuan Red Bluster sebagai satu-satunya makna hidupnya.
Suatu hari, saat
Inevitable berlayar di lautan lepas, mereka kembali berhadapan dengan monster laut raksasa. Dari
kedalaman biru yang tenang, muncul Red Bluster dengan tubuh menjulang dan kekuatan luar biasa.
Pertempuran itu berlangsung sengit.
Dentuman meriam memecah ombak, tali-
temali kapal berderit, dan teriakan para awak menggema di antara kabut tebal. Kapten Crow berdiri di
geladak, memimpin dengan mata penuh amarah dan tekad yang tak tergoyahkan. Namun kekuatan
monster itu terlalu besar. Inevitable hampir hancur, dan hanya keberuntungan yang menyelamatkan
mereka dari maut. Luka lama Crow kembali terbuka, bukan hanya di tubuhnya, tetapi juga di hatinya
yang dipenuhi dendam dan rasa gagal.
Setelah pertempuran itu, Crow
memanggil Jacob ke ruang kapten. Dalam hening malam, ia mengutarakan niatnya. Ia berkata bahwa
setelah mereka berhasil mengalahkan Red Bluster, jabatan kapten Inevitable akan diberikan kepada
Jacob.
Bagi Jacob, itu adalah kehormatan besar, namun juga beban yang berat.
Ia tahu betapa perburuan itu berarti bagi Crow, bukan hanya soal kemenangan, melainkan tentang
harga diri, luka masa lalu, dan warisan para pemburu yang telah gugur di lautan. Sejak malam itu,
Jacob berjanji pada dirinya sendiri untuk membantu Crow menuntaskan dendamnya, walaupun dalam
hati kecilnya mulai tumbuh keraguan tentang apa yang sebenarnya mereka perjuangkan.
Ketika kapal mereka kembali ke pelabuhan Three Bridges, suasana tak lagi sama.
Mereka disambut bukan dengan sorak kemenangan, tetapi dengan kabar mengejutkan dari kerajaan.
Raja dan Ratu memutuskan bahwa masa kejayaan para pemburu laut telah berakhir.
Peran mereka akan digantikan oleh armada militer modern bernama Imperator, kapal perang
raksasa yang dipimpin oleh Laksamana Eric Hornagold. Kerajaan menilai bahwa cara-cara lama sudah
usang dan berisiko tinggi. Teknologi dianggap lebih efisien, dan manusia seperti Kapten Crow
hanyalah peninggalan masa lalu.
Kabar itu membuat amarah Crow meledak. Ia
menolak tunduk pada keputusan tersebut. Baginya, laut bukan tempat yang bisa ditaklukkan dengan
mesin dan senjata, melainkan medan kehidupan yang menuntut keberanian dan pengorbanan.
Ia percaya bahwa laut memiliki kehendaknya sendiri, dan hanya manusia yang berani
menatap ombak secara langsung yang layak menantangnya. Namun kerajaan tak peduli. Mereka
menilai Crow dan para pemburu lainnya sebagai ancaman terhadap tatanan baru yang lebih teratur.
Dalam pertemuan resmi di istana, ketegangan pun pecah. Suara Crow
menggema menentang keputusan kerajaan, sementara Laksamana Hornagold menatapnya dengan
senyum sinis penuh kemenangan.
Di tengah suasana yang memanas itu, Jacob
maju dan mencoba menengahi. Dengan nada tenang namun tegas, ia mengusulkan satu ide yang
mengubah segalanya. Ia meminta agar kru Inevitable diberi satu kesempatan terakhir untuk
membuktikan nilai mereka. Satu perburuan terakhir melawan Red Bluster.
Jika
mereka berhasil menangkapnya, maka kerajaan harus mengakui bahwa para pemburu laut masih
dibutuhkan. Namun jika gagal, mereka bersedia menyerahkan Inevitable dan mengakhiri tradisi
berburu selamanya. Usulan itu disambut dengan tawa sinis dari Hornagold, yang kemudian
mengubahnya menjadi tantangan. Ia menyarankan agar diadakan kompetisi antara kapal Inevitable
dan Imperator. Siapa pun yang berhasil menangkap Red Bluster lebih dulu akan menjadi pemenang
dan diakui sebagai pelindung resmi kerajaan.
Raja dan Ratu setuju, dan perintah
pun dikeluarkan. Dalam waktu singkat, dua kapal legendaris bersiap berlayar menuju lautan luas. Bagi
Crow, ini adalah kesempatan terakhir untuk menegakkan kehormatan para pemburu. Bagi Jacob, ini
adalah misi terbesar dalam hidupnya, sekaligus ujian bagi keyakinan yang mulai ia pertanyakan.
Di balik semangat perburuan, ada suara kecil dalam hatinya yang mulai bertanya,
apakah monster laut benar-benar musuh manusia, atau hanya makhluk yang berusaha bertahan hidup
di dunia yang dikuasai manusia?
Ketika Inevitable kembali menembus badai
menuju samudra tak berujung, Jacob berdiri di haluan kapal, menatap laut yang bergelora. Ombak
bergulung tinggi seolah menyimpan rahasia besar yang belum terungkap.
Di
kejauhan, langit menyala merah oleh kilatan petir, dan di balik kabut tipis, sekelebat bayangan besar
muncul dari dalam laut. Jacob menarik napas dalam, hatinya berdegup kencang di antara ketakutan
dan rasa ingin tahu. Apakah yang menunggu mereka di balik gelombang itu?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.