The Zone of Interest
Drama History War

The Zone of Interest

2024 105 menit PG-13
8/10
Rating 7.3/10
Sutradara
Jonathan Glazer
Penulis Skenario
Jonathan Glazer Martin Amis
Studio
A24 Access Entertainment Film4

The Zone of Interest, sebuah film drama sejarah rilisan 2023 yang disutradarai dan ditulis Jonathan Glazer. Film ini diangkat dari novel karya Martin Amis, tetapi yang dilakukan Glazer jauh melampaui adaptasi biasa. Ia tidak hanya mengambil inspirasi, tetapi menggali kehidupan nyata Rudolf Hoss, komandan kamp Auschwitz, dan istrinya Hedwig, lalu menyajikannya dari sudut pandang yang terasa menampar pelan tapi keras.

Film ini menyorot kehidupan keluarga Höss yang tinggal di sebuah rumah yang tampak tenang, indah, dan rapi, tepat di sebelah tembok kamp konsentrasi Auschwitz. Dari luar, kehidupan mereka terlihat seperti keluarga Eropa kelas atas pada masa itu. Ada taman bunga, kegiatan berenang, momen keluarga yang terlihat normal. Namun semua "kebahagiaan" itu berdiri berdampingan dengan suara tembakan, jeritan, dan asap yang membumbung dari krematorium kamp. Kontras itulah yang menjadi inti dari film ini. Glazer membuat penonton menyaksikan bagaimana kengerian terbesar manusia berlangsung hanya beberapa langkah dari halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga segar.

Christian Friedel memerankan Rudolf Hoss, sementara Sandra Hüller memberikan performa luar biasa sebagai Hedwig. Keduanya tampil dingin dan realistis, menunjukkan bagaimana kehidupan keluarga satu ini berjalan tanpa pernah memedulikan tragedi yang terjadi di balik dinding rumah mereka. Dalam film ini, Glazer tidak berusaha menampilkan kekejaman secara vulgar. Ia justru membuat penonton merasakan horor melalui suara yang terus-menerus menghantui, sesuatu yang membuat efek psikologisnya menjadi lebih kuat.

Pengembangan film ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2014, tepat ketika novel Amis terbit. Glazer awalnya hanya tertarik pada ceritanya, tetapi akhirnya memutuskan membuat film tentang sosok asli Rudolf Höss. Ia melakukan penelitian yang sangat intens. Selama dua tahun, ia mempelajari arsip keluarga Hoss, mewawancarai saksi, hingga membaca buku-buku sejarah dan testimoni penyintas Holocaust. Tujuannya bukan untuk menjadikan para pelaku tampak seperti monster dalam legenda, tetapi untuk menunjukkan bahwa mereka adalah manusia biasa yang mampu melakukan hal-hal mengerikan. Glazer ingin membongkar ilusi bahwa kejahatan ekstrem hanya dilakukan oleh "orang jahat yang kebetulan ada di luar kehidupan normal". Sebaliknya, ia menegaskan bahwa bahaya terbesar justru muncul dari orang-orang yang terlihat biasa.

Pada 2019, proyek ini akhirnya diumumkan secara resmi dengan A24 sebagai distributor. Proses syutingnya tidak main-main. Mereka mengambil lokasi di sekitar Auschwitz dan menggunakan sebuah rumah yang kemudian direkayasa agar menyerupai hunian asli keluarga Höss. Meski bangunan kamp aslinya sudah banyak berubah, tim produksi menciptakan ulang detailnya lewat CGI. Namun uniknya, kesan modern atau dramatis justru dihindari. Glazer dan sinematografer Łukasz Żal memakai kamera yang ditempatkan seperti CCTV. Sampai 10 kamera dijalankan tanpa kru di lokasi, sehingga para aktor bisa berakting secara natural dan spontan, seolah benar-benar hidup di dalam rumah itu.

Tidak hanya gambar yang dibuat sedemikian minimalis dan dingin, tetapi unsur suara juga menjadi inti naratif yang besar. Glazer bahkan menyebut bahwa suara adalah "film lainnya" yang berjalan secara paralel. Suara tembakan, teriakan, mesin krematorium, langkah sepatu, sampai suara manusia yang diseret ke kematian semuanya ditata dengan detail ekstrem dan akurasi historis. Sound designer Johnnie Burn menyusun arsip suara sebanyak 600 halaman untuk memastikan setiap bunyi memiliki jarak dan gema yang sesuai dengan lokasi aslinya. Bahkan suara tahanan baru diambil dari rekaman protes di Paris tahun 2022 agar terasa lebih nyata dan dekat secara emosional.

Cerita film menampilkan hari-hari keluarga Höss pada tahun 1943, saat Rudolf mengelola kamp Auschwitz sementara Hedwig menjalani hidup "normal" sebagai ibu rumah tangga. Namun standar hidup mereka jelas didapatkan dari kekejaman di balik tembok. Pakaian, perhiasan, hingga kebutuhan rumah banyak berasal dari barang-barang tahanan yang telah dibunuh. Hedwig bahkan terlihat bangga dengan rumah besar dan kebun bunganya, tanpa pernah peduli pada aroma pembakaran mayat yang tercium setiap malam. Ada momen ketika ibunya datang berkunjung, awalnya bangga, tetapi kemudian ketakutan sendiri setelah menyadari apa yang sebenarnya terjadi di balik tembok.

Sementara itu Rudolf mendapat promosi dan harus pindah ke Berlin. Namun keluarga tetap tinggal di rumah itu sesuai permintaan Hedwig, yang tidak ingin kehilangan "surga kecilnya". Di Berlin, Rudolf diberi tugas baru: memimpin operasi besar yang akan membunuh 700.000 orang Yahudi Hungaria. Dalam sebuah percakapan telepon, ia mengaku bahwa saat menghadiri pesta, pikirannya hanya dipenuhi dengan cara paling efisien untuk membunuh semua hadirin jika ia mau. Adegan itu menunjukkan betapa normalnya kekejaman di benak Rudolf.

Film ini ditutup dengan adegan Rudolf muntah-muntah di tangga gelap, lalu transisi ke masa kini ketika petugas museum membersihkan area Auschwitz. Kontras antara masa lalu dan masa kini membuat pesan film terasa semakin tajam: kejahatan itu nyata, pernah terjadi, dan warisannya masih ada sampai hari ini.

KLovers, dengan cara film ini membongkar kehidupan keluarga pelaku Holocaust tanpa dramatisasi berlebihan, apakah menurut kalian kengerian paling besar justru terletak pada bagaimana manusia bisa terbiasa dengan kejahatan?

Christian Friedel Rudolf Hu00f6ss
Sandra Hu00fcller Hedwig Hu00f6ss
Johann Karthaus Claus Hu00f6ss
Luis Noah Witte Hans Hu00f6ss
Nele Ahrensmeier Inge-Brigitt Hu00f6ss
Lilli Falk Heideraud Hu00f6ss
Anastazja Drobniak Annagret Hu00f6ss
Cecylia Pekala Annagret Hu00f6ss
Kalman Wilson Annagret Hu00f6ss
Medusa Knopf Elfryda