Kapanlagi.com - Dalam rangka mengenalkan film di kalangan mahasiswa,  Ageng Kiwi menggelar event ASIA Pasific International Filmmaker Festival and Award di Kampus Mercu Buana, Jakarta Barat, Rabu (4/6). Selain menyediakan forum diskusi, event ini juga memberikan penghargaan kepada pada sineas mancanegara.
Menurut Ageng, event ini dibuat atas dasar keprihatinannya dengan keadaan perfilman tanah air. Ia menilai bobot kualitas film serta kuantitas penayangannya di bioskop belumlah memuaskan.
"Jadi di acara, film menceritakan tentang kultur, kesehatan dan persoalan kehidupan manusia lain. Karena saya lihat film kayak gini jarang sekali diproduksi filmmaker," kata Kiwi yang merangkap jadi ketua panitia acara.
Satu yang jadi keprihatinannya adalah tentang ketidakmampuan beberapa sutradara film dalam memilih tema dan membedakan pembuatan film dan sinetron. "Padahal ini film motivator (menginspirasi diri). Rata-rata mereka bikin yang komersil dan berbau sinetron hingga tak bisa bedakan antara layar lebar dan sinetron," tambahnya.
Persoalan lain yang ia pikirkan adalah sikap jaringan bioskop untuk memilih film-film tanah air yang menginspirasi. Pihak bioskop justru memberikan ruang lebih lebar kepada film luar negeri.
"Saya sangat heran sekali tiap bikin film motivasi kurang mendapat respon studio XXI dan sebagainya. Mestinya diberikan kesempatan atau dibagi, misal film Hollywood dan motivator seimbang. Pun hal ini mesti didukung pihak terkait,” jelas Ageng yang didampingi Ketua Internasional for Environment, Health and Culture, Damien Dematra.
Ketimpangan lain yang diamatinya adalah terkait harga tiket yang ditawarkan kepada pengunjung bioskop. "Saya lihat banyak unsur ketidakadilan. Seperti film Indonesia bertanding dengan luar negeri. Semestinya film dari Hollywood dengan harga mahal, sementara Indonesia murah. Kalau harga disamakan, orang pasti pilih film Hollywood," urainya geleng-geleng.