Film Horor Indonesia, Tak Pernah Kering Sensasi
Dewi Perssik saat promosi film. Foto: KapanLagi.com®
Kapanlagi.com - Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata horor? Horor memang merupakan sebuah keadaan atau sesuatu yang memiliki sifat menakutkan. Lantas, hal apa yang sangat identik dengan sesuatu yang menakutkan itu? Sepertinya jawaban atas pertanyaan tersebut cukup kompleks. Namun, horor dalam hal ini memang identik dengan ketakutan terhadap sosok hantu.
Hantu –entah seperti apa wujudnya- selalu menghadirkan daya tarik tersendiri bagi dunia hiburan, khususnya perfilman. Cerita tentang hantu dan bentuknya yang bermacam-macam selalu dihadirkan seolah nyata. Padahal, mungkin tidak ada yang pernah tahu, seperti apa wujud asli sesosok hantu. Benarkah tokoh hantu dalam film film horror itu ada wujud aslinya, atau hanya ciptaan?
Fenomena hantu ini jelas menjadi horor bagi sebagian besar masyarakat. Tapi, faktanya, keberadaan hantu malah memberi inspirasi banyak orang, dengan alasan yang beragam dan rasa penasaran yang tinggi. Horor atau sesuatu yang membuat takut, pada kenyataannya banyak mendapat perhatian dari masyarakat.
Film horor yang seharusnya membuat takut nyatanya tidak berbanding lurus dengan penikmatnya yang semakin membludak. Film horror tidak pernah sepi peminat. Semakin penonton dibuat takut oleh filmnya, semakin mereka tak kunjung beranjak pergi dari layar televisi atau bioskop. Ini menunjukkan bahwa film horror memang tetap memiliki sensasi tersendiri di mata penikmatnya.
Baca kelanjutannya:
Film horror identik dengan seks dan erotisme?LANGSUNG BACA SENSASI TERBARU DUNIA PERFILMAN INDONESIA DI SINI!
1. Film Horor Identik Dengan Seks Dan Erotisme?
Saat ini, film bergenre horor dalam dalam negeri sepertinya nyaman dalam nuansa seksualitas yang diselipkan dalam cerita. Bahkan, tak jarang, film horor lebih menonjolkan unsur seks daripada unsur horor itu sendiri. Hanung Bramantyo, produser ternama dalam negeri membenarkan bahwa film horor sejak dulu sudah ada unsur erotisnya. Lantas, apa bedanya dengan yang sekarang?
"Sama aja. Justru saat ini kembali pada titik itu. Cuma sekarang lebih eksploratif aja. Film horor dulu kaya NYI BLORONG kan juga menunjukkan erotisme, tapi erotisme Jawa, dan settingan nya juga settingan tahun dulu. Sekarang tuh bedanya cuma lebih berekplorasi aja, contohnya film horor sekarang banyak mendatangkan bintang film luar. itu aja bedanya,” ujar Hanung menanggapi horor seks yang sedang marak.
Hampir semua jenis makhluk mistis yang ada di Indonesia memiliki potensi untuk mencetak rupiah ketika kisahnya diangkat ke layar lebar. Apa sebenarnya yang mau dijadikan nilai jual sebuah film horor Indonesia? Cerita horornya, atau unsur seksualitasnya?
Film horor Indonesia saat ini sempat dipertanyakan kualitasnya karena dianggap hanya mengeksplorasi tubuh perempuan dan adegan erotis, ketimbang mengeksplorasi cerita horornya sendiri. Hal ini pernah terucap sutradara Joko Anwar, yang melihat perkembangan film di Indonesia makin menurun.
"Tahun 2010 dan 2011, perfilman Indonesia menurun sekali dari segi jumlah penonton dan kualitas. Penonton jenuh dengan film-film horor sampah. Horror Indonesia tahun 1980-an memang memiliki keterbatasan teknis, tapi para pembuatnya bekerja keras memasukkan elemen-elemen horor dengan kreativitas luar biasa dengan bahan seadanya. Jadi sekalipun hasilnya jelek secara teknis, secara ide sudah sangat menghibur. Beda dengan kebanyakan film horror tahun 2000an. Filmmaking yang malas dan tidak kreatif. Hasilnya bukan jelek dan membosankan, tapi penghinaan terhadap filmmaking dan penonton," papar Joko saat itu.
Prinsip mencetak rupiah sebanyak banyaknya, mungkin menggiurkan sejumlah rumah produksi untuk membuat film. Namun, bukan memikirkan cerita apa yang bagus dan kreatif, tetapi melihat apa yang sedang laris di pasaran saat itu. Sekali membuat horror, maka seterusnya akan muncul horror horror berikutnya. Bahkan, agar selling point nya lebih tinggi lagi, scene adegan ‘panas’ lebih dominan ketimbang cerita seramnya, yang pada akhirnya dipertanyakan, seperti apa yang seharusnya sebuah film horror? “Film horor itu punya satu unsur yang vital. Film horor itu harus twist. Horor itu bukan hantu, tapi berawal dari teror. Itulah horor yang sebenarnya. Hantu itu hanya turunannya saja. Dari teror, terus ada thriller atau pembunuhan, lalu turun ke hantu. Jadi sebetulnya horor itu berawal dari teror. Hantu itu hanya turunan ceritanya saja. Nah, ending dari teror itu kan harus terungkap. Makanya, skenarionya harus kuat, didukung dengan bagaimana sutradara meyakinkan penonton, melalui artistiknya, tata cahayanya, dan lain lain,” jelas Hanung.
Sayang banyak penonton yang masih belum punya pemahaman yang sama dengan Joko Anwar. Film horor dewasa masih laris di pasaran. Terlebih bila dikemas dalam promosi yang dibumbui sensasi.
Baca selanjutnya:
Film horor – sensasi untuk promosi?
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
2. Film horor – Sensasi Untuk Promosi?
Hampir sulit untuk disangkal, bahwa sensasi yang ditimbulkan dalam sebuah film horror adalah luar biasa. Tidak hanya ceritanya yang menyeramkan, tapi juga sensasi di luar film itu sendiri, sampai-sampai beberapa bahkan tidak ada hubungannya.
Contohnya, film ARWAH GOYANG KARAWANG. Judul film yang satu ini tergolong bertabur sensasi. Produksi film ini menghadirkan perseteruan antara kedua pemain utamanya, Julia Perez dan Dewi Perssik.

Dalam beberapa adegan, Jupe dan Depe memang ada adegan berkelahi, yang dalam hal ini hanya adu mulut. Rupanya, perang kata kata yang seharusnya hanya terjadi sesuai skenario berubah menjadi penyerangan fisik berupa pukulan, cakaran, serta tendangan. Sebuah cerita yang lebih 'horor’ untuk penonton sepertinya.
Adegan di luar scenario itu ternyata menjadi daya tarik dan ajang promosi tersendiri. Siapa yang tak tertarik ingin melihat perkelahian antara dua artis tersebut? Adegan perkelahian itu memang muncul saat film diputar, tanpa ada yang di-cut, dan diberi catatan bahwa "adegan ini di luar scenario". Benar atau tidak, hanya produsen film lah yang tahu.
Menampilkan sebuah sensasi atau mengkreasi sebuah sensasi demi kepentingan publikasi dan promosi film, nampaknya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Sensualitas tubuh perempuan, seks, serta perkelahian yang katanya di luar scenario, sepertinya sudah identik dengan film horor lokal kita. Bahkan, menempuh jalur hukum pun tak segan dijalani, demi mendapat perhatian lebih masyarakat untuk menjual film tersebut. Sampai kapan film horror dalam negeri terus dalam pattern yang seperti itu?
Adakah yang harus dilakukan para produser, sutradara, scriptwriter untuk benar benar mengeksplorasi lebih lagi hantu hantu dalam film horor Indonesia?
"Gini, kalo bikin film berkualitas itu, umumnya produksinya lama, karena harus menggali sesuatu yang tidak stereotype. Bagaimana caranya bikin horor yang bener bener berkualitas. Jadi pikirkan bagaimana membuat sesuatu yang berbeda. Bikin pocong juga harus berubah, jangan sama aja dari dulu sampe sekarang. Contohnya drakula deh. Drakula waktu film BRAM STROKER atau INTERVIEW WITH THE VAMPIRE kan beda sama drakula di zaman film TWILIGHT. Gitu aja. Kreator harus bisa membuat sesuatu yang tidak stereotype," terang Hanung.
Jika sineas kita sedang berusaha menggarap film horor dengan baik, maka kita sebagai penonton pun bisa turut membantu. Caranya, yang paling mudah mungkin dengan memilih dengan bijak film horor mana saya yang layak ditonton.
LANGSUNG BACA SENSASI TERBARU DUNIA PERFILMAN INDONESIA DI SINI!
(Di tengah kondisi kesehatan yang jadi sorotan, Fahmi Bo resmi nikah lagi dengan mantan istrinya.)
(kpl/ben/dka)
Ruben Daniel
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
-
Teen - Fashion Hangout Pilihan Jam Tangan Stylish untuk Anak Skena yang Mau Tampil Lebih Standout
