Review 'PANGGIL AKU AYAH': Bukan Sekadar Film Adaptasi
Diterbitkan:

YouTube/Visinema Pictures
Kapanlagi.com - Film PANGGIL AKU AYAH mengisahkan tentang Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), dua penagih utang yang awalnya keras dan minim empati. Kehidupan mereka berubah drastis ketika harus mengambil Intan (Myesha Lin) sebagai jaminan dari ibunya, Rossa (Sita Nursanti), yang tak mampu membayar utang.
Awalnya, Intan hanyalah beban atau jaminan. Namun, seiring waktu, hubungan mereka tumbuh menjadi kasih sayang tulus, menunjukkan bahwa keluarga dapat terbentuk bukan hanya dari ikatan darah, tetapi juga dari hati dan kehadiran. Film ini disutradarai oleh Benni Setiawan, peraih Piala Citra.
Diproduksi oleh Visinema Studios, rumah produksi yang dikenal sukses menyuguhkan film-film keluarga berkualitas seperti Keluarga Cemara dan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, PANGGIL AKU AYAH diproyeksikan menjadi tontonan wajib bagi keluarga Indonesia. PANGGIL AKU AYAH diadaptasi dari film PAWN (2020) yag tayang di Korea Selatan.
Advertisement
Berikut adalah review PANGGIL AKU AYAH dari redaksi KapanLagi.com. Bila tidak ingin mendapat spoiler, KLovers bisa berhenti membaca di sini ya.
1. Detail yang Diperhatikan
Film ini diagarap dengan sangat niat. Setting waktu dan tempat di tahun 90-an saat Intan kecil disajikan dengan sangat niat. Ada wartel, tanggalan, telepon kabel, yellow pages atau buku telepon, mobil dan motor lawas pada zaman tersebut, serta busana dari para aktor yang terlibat dalam scene tersebut.
Begitupun saat Intan lulus SMA di tahun 2010-an. Penggunaan handphone yang lebih canggih, kamera saku, dan busana yang lebih modern terlihat dalam scene tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa film ini tidak hanya mengandalkan kekuatan cerita, tetapi juga memperhatikan detail yang membuat para penonton terpuaskan dengan penyajian.
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
2. Penggunaan Dialek Lokal yang Luwes
YouTube/Visinema Pictures
Dedi & Tatang digambarkan sebagai penagih utang yang tinggal di kawasan Jawa Barat. Dialek Ringgo Agus & Boris Bokir dalam percakapan bahasa Sunda bisa dikatakan sangat baik. Hal ini terjadi lantaran Boris Bokir & Ringgo Agus lahir dan besar di Bandung membuat dialog di antara mereka atau saat scene menagih hutang dirasa sangat natural.
Begitupun dengan aktris Sita Nursanti yang memerankan Rossa, ibu dari Intan, yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Hal ini membuat dialog dengan bahasa Sunda di antara para tokoh utama di film tersebut terlihat luwes dan sangat mengalir.
Advertisement
3. Bukan Sekadar Adaptasi, Sukses Temukan Identitasnya Sendiri
YouTube/Visinema Pictures
Selain itu, film PANGGIL AKU AYAH versi Indonesia ini bukan sekadar adaptasi biasa, melainkan sebuah transformasi yang sukses dari film Korea PAWN. Film ini punya identitasnya sendiri dengan unsur komedi, cerita yang lebih menguras emosi, dan budaya lokal yang diangkat menjadi salah satu daya tarik utama.
4. Kekuatan Akting
instagram.com/panggilakuayahfilm
Tissa Biani, Ringgo Agus, Boris Bokir, Sita Nursanti, dan Myesha Lin menunjukkan kekuatan akting yang sangat mumpuni dan totalitas. Hal ini membuat film PANGGIL AKU AYAH tidak hanya 'digendong' oleh satu atau dua aktor saja, melainkan hampir semua pemerannya berperan penting dalam menghidupkan film ini.
Kredit tersendiri diberikan kepada Myesha Lin yang memerankan Intan kecil. Ia sukses memainkan emosi penonton dengan penampilannya sebagai anak kecil yang manja, centil, menggemaskan, suka merajuk, sekaligus menguji kesabaran Dedi & Tatang.
5. Pesan Moral Tentang Parenting Ayah
YouTube/Visinema Pictures
Film ini menyajikan contoh parenting untuk ayah. Di Indonesia, keterlibatan ayah dalam membesarkan anak disebut tidak setinggi peran ibu. Kebanyakan ayah di Indonesia hanya fokus bekerja dan menyerahkan sepenuhnya soal parenting kepada ibu.
Dedi digambarkan sebagai sosok ayah yang bukan hanya bekerja melainkan mampu membagi waktunya untuk Intan yang notabene bukan merupakan anak kandungnya. Dedi membuat pesta ultah, mendengar cerita, menemani Intan tidur, hingga mengantar sekolah. Hal ini menjadi salah satu pesan yang ingin disampaikan film ini yakni tentang parenting ayah.
6. Ruang Untuk Perbaikan
YouTube/Visinema Pictures
Meski punya banyak poin keunggulan, PANGGIL AKU AYAH juga menyisakan sebuah ruang untuk perbaikan. Setengah jam terakhir, tempo dirasa sangat lambat. Banyak adegan kunci di ujung film yang terkesan 'diperpanjang' untuk untuk membuat suasana lebih dramatis. Adegan tersebut adalah bertemunya Intan (dewasa) dengan ibu kandungnya, serta pertemuan Intan dan Tatang dengan Dedi yang kondisi kesehatannya menurun usai kecelakaan.
Hal ini membuat para penoton sedikit melirik ke jam tangannya guna memastikan durasi dua jam penayangan yang sudah akan berakhir. Bila memungkinan untuk digarap sekuelnya, beberapa adegan kunci bisa disajikan dengan lugas tanpa dibuat bertele-tele.
7. Rating Dari Redaksi
instagram.com/panggilakuayahfilm
Saat artikel ini dirilis, PANGGIL AKU AYAH masih tayang di bioskop Tanah Air. Buat yang belum nonton, yuk buruan datang ke bioskop selagi masih tayang. Film ini jadi salah satu rekomendasi film keluarga yang bisa ditonton bareng semua anggota keluarga.
Film ini mendapat rating 9/10 dari redaksi KapanLagi.com. Perpaduan dari akting para pemeran, plot, serta pesan moral yang berusaha disampaikan dari PANGGIL AKU AYAH membuat film ini bukan sekadar remake dari film PAWN yang tayang di Korea Selatan.
Baca juga informasi tentang film PANGGIL AKU AYAH di Liputan6.com
(Segera nikah! Clara Shinta dan Lxa posting foto pre-wedding tanpa bersentuhan.)
(kpl/ums)
Umar Sjadjaah
Advertisement