5 Rekomendasi Film yang Bisa Boosting Kesehatan Mentalmu, Mau Heran Tapi Ini Nyata
Ilustrsi Poster Film (Image by primevideo.com)
Kapanlagi.com - Menonton film bukan hanya soal hiburan, tetapi bisa menjadi pengalaman emosional yang membantu kita memahami diri sendiri. Beberapa film bahkan dirancang dengan narasi yang begitu kuat sehingga terasa seperti sesi terapi mini.
Penonton bisa merasa lebih ringan setelah menonton film yang menyentuh emosi dan membuka perspektif baru. Seperti yang sering dikatakan, seni punya cara unik dalam menyembuhkan luka batin.
Inilah deretan film yang layak ditonton jika kamu ingin meningkatkan kesehatan mentalmu. Ceritanya menggugah, emosinya kuat, dan pesan yang disampaikan terasa sangat relevan dengan kehidupan nyata.
Advertisement
1. Inside Out 2 (2024)
Inside Out 2 kembali membawa kita ke dunia emosi dalam kepala seorang remaja, kali ini dengan spektrum emosi yang lebih kompleks. Film ini terasa seperti dibuat oleh seorang psikolog kelas dunia karena begitu akurat menggambarkan konflik emosional remaja. Lewat karakter-karakter seperti Anxiety dan Envy, penonton diajak memahami bahwa semua emosi, termasuk yang tidak nyaman, punya peran penting.
Alur cerita yang ditawarkan mampu membuka pemahaman baru tentang dinamika pikiran dan perasaan manusia. Karakter baru memperkaya narasi dan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang pertumbuhan psikologis seseorang. Ada momen ketika tokoh utama berjuang menerima ketidaksempurnaan dirinya, dan itu mengandung pelajaran penting tentang self-acceptance.
Inside Out 2 tidak hanya menyenangkan secara visual, tetapi juga memberikan ruang refleksi. Film ini menunjukkan bahwa menghadapi emosi negatif bukanlah kelemahan, melainkan bagian dari proses dewasa. Di akhir cerita, kamu akan merasa lebih terkoneksi dengan dirimu sendiri dan menyadari bahwa merangkul semua sisi emosimu adalah hal yang sehat.
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
2. The Father (2020)
The Father adalah film yang menawarkan pengalaman menyentuh dari sudut pandang seseorang yang kehilangan memori karena demensia. Dengan narasi yang disusun seperti labirin, penonton dibawa masuk ke dalam kekacauan pikiran sang tokoh utama. Film ini menggambarkan betapa menyakitkannya kehilangan jati diri, bukan hanya bagi penderitanya, tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.
Tak heran jika banyak penonton yang merasa terguncang secara emosional setelah menontonnya. Namun di balik kesedihan itu, film ini mengajarkan empati dan pemahaman terhadap penyakit mental yang kerap tidak terlihat. Kita diajak lebih peka terhadap penderitaan orang lanjut usia yang sering kali dilupakan.
Setiap adegan terasa seperti pengingat bahwa kenyataan bisa sangat membingungkan bagi mereka yang mengidap demensia. Dari segi teknis, film ini juga mendapat banyak pujian karena berhasil menciptakan atmosfer yang sangat personal dan intens. Menontonnya mungkin membuatmu menangis, tapi juga membuatmu tumbuh secara emosional.
3. Under Therapy (2023)
Under Therapy menyajikan drama psikologis yang berfokus pada dinamika hubungan pasangan dalam sesi terapi kelompok. Film ini menunjukkan bahwa terapi tidak hanya membuka luka lama, tapi juga mengungkap banyak hal tak terduga tentang pasangan dan diri sendiri. Dari luar mungkin terlihat seperti drama biasa, tetapi percakapan di dalamnya begitu dalam dan menggelitik pikiran.
Dengan setting terbatas namun intens, penonton diajak menyimak konflik dan ketegangan emosional antara karakter-karakternya. Dalam prosesnya, film ini menggambarkan betapa kompleksnya hubungan manusia, terutama dalam konteks pernikahan dan keluarga. Terapi menjadi jendela untuk melihat sisi lain dari seseorang yang selama ini mungkin luput dari perhatian.
Dialog-dialog yang disajikan dalam film ini penuh dengan pelajaran tentang komunikasi, pengorbanan, dan luka batin yang belum sembuh. Under Therapy mengajak kita merenung dan mempertanyakan kembali asumsi kita tentang cinta, kepercayaan, dan kejujuran. Film ini terasa seperti cermin yang memantulkan sisi-sisi diri yang selama ini kita hindari.
4. A House on Fire (2021)
A House on Fire merupakan film yang menceritakan tentang seorang dokter yang mengalami tekanan emosional hebat hingga hidupnya berubah drastis. Kisahnya menyentuh banyak aspek kesehatan mental, mulai dari stres, trauma, hingga kegagalan menghadapi beban hidup. Film ini mendorong penonton untuk lebih memahami bahwa siapa pun bisa berjuang dalam diam.
Tokoh utama dalam film ini digambarkan sebagai seseorang yang tampak kuat di luar, namun rapuh di dalam. Saat hidupnya mulai runtuh, penonton disuguhi perjalanan batin yang menggambarkan pentingnya mengenali dan mengakui luka batin. Film ini tidak menawarkan jawaban instan, tetapi justru mengajarkan bahwa proses penyembuhan itu rumit dan panjang.
Melalui narasi yang tenang namun dalam, A House on Fire mengajak kita menilik ulang hubungan kita dengan keluarga, diri sendiri, dan masa lalu. Film ini tidak hanya menyentuh emosi, tapi juga membuka ruang dialog tentang pentingnya mencari bantuan profesional saat menghadapi krisis emosional. Ada pesan kuat yang tersampaikan bahwa tidak semua luka terlihat di permukaan.
5. A Man Called Otto (2022)
A Man Called Otto memperlihatkan sisi lain dari seseorang yang tampak menyebalkan dan pemarah, namun ternyata menyimpan luka emosional yang sangat dalam. Film ini mengajak kita untuk tidak buru-buru menilai orang lain karena kita tidak pernah tahu beban apa yang mereka pikul. Perjalanan emosional Otto menjadi pengingat bahwa hidup bisa berubah dari tempat tergelap menuju harapan baru.
Cerita ini berkembang dengan perlahan namun penuh makna, saat Otto mulai membuka diri terhadap lingkungan dan orang-orang baru. Interaksi dengan tetangga yang penuh warna menjadi titik balik dalam hidupnya yang selama ini terasa hampa. Film ini mengandung banyak momen haru yang bisa memantik air mata sekaligus senyum.
Lewat A Man Called Otto, penonton diajak memahami pentingnya koneksi sosial dan kasih sayang dalam proses penyembuhan batin. Kisah Otto menjadi bukti bahwa bahkan seseorang yang paling tertutup pun punya kesempatan untuk sembuh dan bahagia. Film ini mengajarkan tentang pentingnya belas kasih dan tidak menutup diri terhadap kemungkinan baru dalam hidup.
(Di tengah kondisi kesehatan yang jadi sorotan, Fahmi Bo resmi nikah lagi dengan mantan istrinya.)
(kpl/khs)
Khalishah Sahirah
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
