1. Fokus Buka Bisnis Kuliner

"Awalnya iya, udah dua temen yang bener-bener ngajak buka di sini, cuma mereka maunya aku di sini nungguin. Sementara aku sekarang di rumah nemenin bapak yang kebetulan ibu udah gak ada, nemenin bapak, anak-anak udah di sekolahin di sana," kata Isa.

Selain itu, ia juga melihat bahwa bisnis kuliner serupa sudah banyak dijalankan oleh rekan-rekannya dari dunia hiburan di Jakarta. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk tetap mengembangkan bisnisnya di daerah yang lebih dekat dengan rumahnya.

"Dan ternyata di sini udah kayak temen-temen yang dari kalangan artis yang buka tempong. Jadi ya pengennya pun nanti kalau ada cabang itu di dekat-dekat kota," tambahnya.

2. Pulang ke Kampung Halaman Bawa Perubahan Besar

Kepindahannya ke kampung halaman membawa perubahan besar dalam hidup Isa. Ia mengaku kini lebih menikmati waktu bersama keluarga, meskipun secara pendapatan ada perbedaan dibandingkan saat masih di Jakarta.

"Ya tenang banget, tenang banget secara waktu. Ya walaupun kalau secara pemasukan sih beda ya Jakarta sama daerah. Ya cuman menikmati," ungkapnya.

Namun, saat awal memutuskan kembali ke kampung, ia sempat mengalami kebingungan karena belum memiliki rencana yang matang. Ia bahkan sempat mengalami masa sulit sebelum akhirnya menemukan bisnis kuliner sebagai jalan keluar.

3. Bingung Sampai Tabungan Habis

"Enggak, penyesalan enggak, cuma waktu itu sempat bingung. Karena aku setahun stuck kan, aku buka warung baru, aku pulang 3 tahun. Buka warung baru dua tahun, nah setahun itu stuck-nya, ngapain nih kita ngapain," kata Isa.

"Masa kita pulang nemenin orang tua malah ngerepotin. Jadi kita bingung tuh sampe habis tabungan. Ya bingung mau ngapain, akhirnya ketemu bikin warung makan," sambung Isa.

Keputusan untuk pindah ke kampung halaman juga berdampak pada anak-anaknya. Mereka yang sebelumnya terbiasa dengan kehidupan kota harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih sederhana.

4. Sempat Merasa Kehilangan Fasilitas di Jakarta

Istri Isa mengungkapkan bahwa meskipun anak-anak mereka tidak secara langsung mempertanyakan keputusan pindah, mereka sempat merasa kehilangan beberapa fasilitas yang ada di Jakarta.

"Sebenernya mereka sih enggak nanya sih. Mereka senang-senang aja, cuma paling kadang 'Oh di sini nggak ada mall, nggak ada playground.' Jadi kita siasatinya kalau Magetan itu posisinya kan dekat ke gunung. Jadi mereka kita (kenalin) tempat ngopi yang ada gunung-gunungnya. Akhirnya mereka senang-senang aja," ungkapnya.

Isa juga menjelaskan bahwa sejak awal, ia sudah memberi pemahaman kepada anak-anaknya tentang alasan kepindahan mereka. Ia ingin mereka belajar tentang pentingnya menemani orang tua ketika sedang sakit.

"Terus dari awal tuh udah saya kasih tau bahwa kita pulang, saya nemenin Yanti. Saya manggil ibunya Yanti, Yanti sakit segala macem. Nanti juga jadi pelajaran buat kalian kalau orang tua sakit itu harus kalian temenin," kata Isa.