1. Tidak Boleh Baper

KapanLagi Silaturahome

Seperti yang kita tahu kalau lebaran tahun ini terasa berbeda dengan sebelumnya. Yuni Shara pun mengungkapkan perbedaan keseharian yang dirasakannya semenjak pandemi virus corona terjadi.

"Bukan hanya di lebaran ya, hari-hari kita mulai awal Maret sampai sekarang mendadak berubah. Saya otomatis tidak bekerja, kita harus adaptasi dengan keadaan dan aturan yang terus berkembang. Kita nggak punya pilihan, harus taat. Kalau lebaran kita harus merasakan sejarah, ada lebaran yang silaturahminya berbeda, nggak boleh keliling, nggak boleh mudik. Salat Ied di rumah saja, sungkeman. Masak tetap masak walau nggak ada yang datang hahaha. Itu dilakukan seperti biasa karena tradisi. Hanya nggak berkerumun. Sungkeman, kue, dan tradisi lainnya harus tetap jalan," ucap Yuni Shara.

"Orang nggak boleh baper. Kita nggak terima tamu bukan karena apa. Ibu saya sudah lanjut usia dan punya penyakit bawaan. Harus ada yang dijaga," tambahnya.

2. Lagu Favorit dari Yuni Shara

KapanLagi Silaturahome

Ganjar Pranowo pun mengaku kagum dengan sosok pelantun Desember Kelabu itu. Gubernur Jawa Tengah itu menyebutkan lagu favoritnya yang dinyanyikan Yuni Shara.

"Mbak Yuni kalau nyanyi Evergreen itu favorit. Pernah waktu temu alumni UGM, nyanyi 10 menit dapat banyak (donasi)," ucap Ganjar Pranowo.

"Alhamdulillah saya bisanya bantu lelang. Itu yang saya bisa. Saya keliling nyanyi-nyanyi dan dapat donasi cukup besar. Semua bisa dilakukan dengan gotong royong. Karena masyarakat kita sukanya gotong royong," ungkap Yuni Shara.

3. Pesan Yuni Shara untuk Para Gubernur

KapanLagi Silaturahome

Semakin seru, obrolan keduanya kemudian membahas tentang penerapan new normal di Indonesia. Yuni Shara pun menyampaikan pesan penting ini untuk para gubernur.

"Penting banget sosialisasi ke warga terlebih dulu sebelum ada kebijakan yang satu dan yang lain. Kalau para gubernur sepakat untuk sosialisasi, saya yakin warga bisa menerima. New normal itu apa sih? Kita harus gimana? Sering peraturannya belum diketok sudah sampai ke telinga masyarakat. Mungkin bisa disampaikan ke gubernur-gubernur ya pak. Pemilihan bahasannya harus lebih menyentuh masyarakat. Kerjaan menumpuk, nerusin hidup sulit, ada aturan dengan bahasa sulit, wis mumet," pungkasnya.