Liburan yang seharusnya menjadi momen bahagia berubah menjadi titik balik paling kelam dalam hidup Mitch Rapp (Dylan O'Brien). Saat sedang menikmati waktu santai di sebuah pantai luar negeri bersama kekasihnya, suasana tiba tiba berubah menjadi kacau ketika serangan teror terjadi di hadapan mata. Mitch yang semula hanyalah pria muda biasa harus menyaksikan orang yang paling ia cintai tewas secara brutal. Dalam hitungan menit, hidupnya runtuh dan rasa kehilangan itu meninggalkan luka yang dalam serta kemarahan yang tidak terkendali.

Trauma tersebut tidak membuat Mitch larut dalam kesedihan. Ia justru memilih jalan ekstrem untuk melampiaskan dendam. Mitch mulai melatih dirinya secara obsesif, mempelajari teknik bertahan hidup, bela diri, serta senjata dengan tujuan satu, memburu para teroris yang telah menghancurkan hidupnya. Upaya itu ia lakukan sendirian, tanpa dukungan siapa pun, dengan tekad yang nyaris mengabaikan keselamatannya sendiri.

Aksi Mitch menarik perhatian CIA. Keberaniannya yang nekat dan kemampuannya bertahan dalam situasi berbahaya membuatnya dianggap sebagai aset potensial, meskipun caranya sering kali tidak terkendali. Irene Kennedy (Sanaa Lathan), seorang pejabat tinggi CIA, melihat peluang untuk membentuk Mitch menjadi senjata yang lebih terarah. Ia pun merekrut Mitch ke dalam program pelatihan rahasia yang ditujukan untuk operasi kontra terorisme.

Di sinilah Mitch bertemu dengan Stan Hurley (Michael Keaton), seorang veteran operasi khusus dengan reputasi keras dan tanpa kompromi. Stan dikenal sebagai instruktur yang kejam, dingin, dan tidak peduli pada emosi muridnya. Baginya, rasa marah hanya akan membuat seseorang mati lebih cepat. Pertemuan Mitch dan Stan dipenuhi benturan karakter, satu dipenuhi dendam, satu lagi terbiasa mematikan perasaan demi bertahan hidup.

Pelatihan yang dijalani Mitch sangat berat, baik secara fisik maupun mental. Ia dipaksa menghadapi ketakutannya sendiri, mematahkan ego, dan belajar bahwa membunuh bukanlah soal emosi, melainkan soal kontrol. Stan terus menguji batas Mitch, mendorongnya hingga hampir hancur, karena ia tahu hanya mereka yang mampu mengendalikan diri yang bisa bertahan di dunia operasi rahasia.

Seiring waktu, Mitch mulai menunjukkan perkembangan pesat. Kemampuannya dalam membaca situasi, kecepatan reaksi, dan insting bertahan hidup membuatnya berbeda dari agen lain. Namun dendam masa lalu tetap menjadi bayangan yang mengintai, membuat setiap misi terasa personal. Stan menyadari potensi sekaligus bahaya dalam diri Mitch, tetapi situasi global yang semakin genting memaksa mereka bekerja sama.

Ancaman baru muncul ketika sebuah jaringan teror internasional mulai bergerak dengan skala yang jauh lebih besar. Target mereka bukan lagi serangan kecil, melainkan senjata mematikan yang dapat memicu konflik global. Seorang mantan agen berbahaya bernama Ghost (Taylor Kitsch) menjadi otak di balik rangkaian kekacauan tersebut. Ghost memiliki kecerdasan, pengalaman, dan dendam yang tidak kalah kelam dari Mitch.

Mitch dan Stan diturunkan ke lapangan untuk menghentikan ancaman ini. Misi membawa mereka ke berbagai wilayah konflik, di mana garis antara benar dan salah semakin kabur. Setiap langkah penuh risiko, dan setiap keputusan bisa berujung pada kematian. Mitch mulai memahami bahwa dunia yang ia masuki tidak sesederhana membalas dendam, melainkan jaringan kepentingan yang rumit dan kejam.

Dalam perjalanannya, Mitch harus menghadapi kenyataan pahit tentang pengorbanan dan kehilangan. Ia melihat bagaimana agen agen lain hidup dalam bayang bayang rahasia, tanpa identitas, tanpa pengakuan, dan sering kali tanpa jalan pulang. Stan, yang awalnya terlihat dingin dan kejam, perlahan menunjukkan sisi manusiawinya melalui cara ia melindungi Mitch dari kesalahan fatal.

Konflik batin Mitch semakin memuncak ketika ia menyadari bahwa kemarahannya bisa dimanfaatkan oleh pihak pihak tertentu. Ia harus memilih apakah akan terus menjadi alat balas dendam, atau belajar mengendalikan dirinya demi tujuan yang lebih besar. Sementara itu, Ghost semakin dekat dengan rencananya yang bisa mengguncang stabilitas dunia.

Ketegangan meningkat ketika misi berubah menjadi perlombaan waktu. Setiap detik menjadi krusial, dan kepercayaan antara Mitch, Stan, serta Irene diuji oleh situasi yang tidak terduga. Pengkhianatan, manipulasi, dan rahasia lama mulai terungkap, membuat Mitch mempertanyakan siapa sebenarnya musuh yang harus ia hadapi.

Di tengah kekacauan ini, Mitch dihadapkan pada pilihan yang akan menentukan masa depannya. Ia harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang bayang masa lalu, atau menerima kenyataan bahwa hidupnya kini berada di garis depan perang yang tidak terlihat. Dengan kemampuan yang telah ditempa dan pengalaman pahit yang ia miliki, Mitch berdiri di persimpangan antara kemanusiaan dan kehancuran.

Saat ancaman mencapai puncaknya dan dunia berada di ambang kekacauan, satu pertanyaan besar menggantung di udara, apakah Mitch Rapp mampu mengendalikan amarahnya dan menghentikan teror yang lebih besar, atau justru tenggelam dalam dendam yang sejak awal mendorongnya masuk ke dunia gelap ini?

Penulis Artikel: Anastashia Gabriel