Ali, bocah 9 tahun, ngambil sepatu pink milik adiknya yang berumur 6 tahun, Zahra, dari tukang sol sepatu. Tapi nasib apes datang pas dia mampir beli kentang — dia naro kantong berisi sepatu itu di antara sayuran, dan tanpa sengaja, seorang gelandangan ngambilnya karena dikira sampah! Panik, Ali nyangka sepatunya jatuh di balik peti, sampai-sampai dia nabrak-nabrak pajangan sayur dan akhirnya diusir sama penjualnya.

Keluarga Ali hidup pas-pasan di kawasan miskin Teheran Selatan, jadi dia takut banget ngaku ke orang tuanya kalau sepatu Zahra hilang. Ibu mereka lagi sakit dan nunggak sewa rumah lima bulan, sementara warung langganan juga belum dibayar. Ali akhirnya cerita ke Zahra dan mohon biar adiknya nggak bilang ke Ibu — Zahra setuju. Malamnya, ayah mereka sempat ngomel karena Ali kurang bantu Ibu di rumah. Waktu ngerjain PR bareng, dua kakak beradik itu saling kirim catatan kecil, mikirin cara keluar dari masalah. Akhirnya, mereka dapet ide cerdas: gantian pake sepatu! Zahra pake sepatu Ali ke sekolah pagi, terus ngembaliin ke Ali siang hari biar dia bisa lanjut sekolah sore.

Rencana itu berhasil, tapi nggak sempurna. Ali jadi sering telat karena harus lari-lari nyusul waktu ganti sepatu. Tiga kali berturut-turut dia datang terlambat — pertama cuma ditegur, kedua diperingatkan, dan ketiga kalinya malah disuruh balik ke rumah bawa ayahnya. Untung gurunya baik dan bilang ke kepala sekolah kalau Ali itu murid paling pintar di kelas, jadi dia dikasih satu kesempatan lagi. Sebagai bentuk penyesalan, Ali ngasih pulpen emas — hadiah dari gurunya — buat Zahra, supaya sedikit ngurangi rasa bersalahnya.

Suatu hari, Zahra kaget karena lihat sepatu pink-nya dipakai sama teman sekelasnya, Roya! Setelah pelajaran selesai, Zahra diam-diam ngikutin Roya sampai rumahnya. Besoknya dia ajak Ali buat ngecek bareng, tapi dari tempat sembunyi mereka tahu kalau ayah Roya ternyata buta. Mereka akhirnya nggak tega dan milih pergi tanpa bilang apa-apa. Nggak lama kemudian, Roya dapet sepatu baru warna ungu dari ayahnya yang bangga karena nilai sekolahnya bagus — dan sepatu pink milik Zahra malah dibuang. Waktu tahu hal itu dari temannya, Zahra cuma bisa sedih melihat satu-satunya barang kesayangannya benar-benar hilang untuk selamanya.