Empat sahabat kaya raya berkumpul untuk melakukan retret di tengah kekacauan global yang kian meningkat akibat disinformasi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Disinformasi tersebut diproduksi dan disebarkan melalui platform media sosial fiksi bernama Traam.

Keempat orang itu adalah Venis 'Ven' Parish, pemilik Traam sekaligus orang terkaya di dunia, Jeff Abredazi, pemilik perusahaan Bilter yang bergerak di bidang teknologi AI, Randall Garrett, anggota tertua sekaligus mentor kelompok yang baru saja divonis menderita kanker tak tersembuhkan, dan Hugo 'Souper' Van Yalk, yang meski memiliki kekayaan senilai USD 521 juta atau sekitar Rp8,6 triliun, tetap jauh lebih miskin dibandingkan ketiga rekannya yang miliarder.

Retret tersebut diadakan di rumah pegunungan terpencil milik Souper di Utah, yang dinamai 'Mountainhead,' terinspirasi dari novel The Fountainhead karya Ayn Rand. Secara resmi, pertemuan itu bertujuan untuk mempererat kembali persahabatan mereka, kelompok yang dijuluki 'The Brewsters', tanpa gangguan urusan bisnis.

Namun, masing-masing memiliki agenda tersembunyi. Ven, yang mempercepat peluncuran fitur baru Traam hingga menyebabkan penyebaran disinformasi, ingin mengakuisisi Bilter demi teknologi pemeriksa fakta miliknya, agar tidak perlu mencabut fitur tersebut dan mengakui kesalahan.

Randall mendukung pertumbuhan Traam karena ia percaya proyek Ven dapat menjadi solusi transhumanis bagi penyakitnya. Jeff, yang kekayaannya melonjak drastis berkat kemampuan Bilter menangani kekacauan global, tidak ingin perusahaannya diambil alih oleh Traam.

Sementara itu, Souper, yang merasa rendah diri karena belum pernah menjadi miliarder, berencana meminta ketiga temannya untuk berinvestasi dalam Slowzo, aplikasi gaya hidup multifungsi ciptaannya.