Kim Jaejoong Bikin Agensi Sendiri, Ungkap Biaya Besar untuk Produksi Idol: 'Setahun Bisa Habiskan Rp 230 Miliar'

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Kim Jaejoong Bikin Agensi Sendiri, Ungkap Biaya Besar untuk Produksi Idol: 'Setahun Bisa Habiskan Rp 230 Miliar'
Kim Jaejoong credit: instagram.com/jj_1986_jj

Kapanlagi.com - Pada Mei 2023, Kim Jaejoong, penyanyi dan aktor ternama asal Korea Selatan, mendirikan agensi hiburan bernama iNKODE Entertainment. Bersama mantan wakil presiden Cube Entertainment, Noh Hyun-tae, Jaejoong berambisi untuk mengubah wajah industri K-pop dengan mengembangkan grup idola baru.

Baru-baru ini, Jaejoong menjadi sorotan setelah membahas realitas biaya produksi idol K-pop dalam program Netflix, Try? Choo-ry!. Dalam acara tersebut, ia mengungkapkan bahwa untuk menjalankan dua grup idol dalam setahun, dibutuhkan dana hingga 20 miliar won (sekitar Rp230 miliar).

Pernyataan ini bahkan membuat atlet dan entertainer Choo Sung Hoon terkejut. "Biayanya sangat besar. Jika ingin mengelola sekitar dua grup dalam satu tahun, totalnya bisa mencapai 20 miliar won (sekitar Rp230 miliar)," ujar Kim Jaejoong.

Seperti yang diketahui, setelah mendebutkan girlband SAY MY NAME, dia berencana akan mendebutkan sebuah boygroup.

1. Biaya Produksi Idol yang Fantastis

Angka fantastis ini bukan tanpa alasan. Sistem K-pop menuntut investasi besar sejak tahap awal, mulai dari perekrutan calon anggota, pelatihan bertahun-tahun, hingga produksi dan promosi debut mereka. Bahkan sebelum debut, setiap trainee harus melewati berbagai proses pelatihan yang melibatkan kelas vokal, tari, rap, hingga pembelajaran bahasa asing dan keahlian panggung.

"Sejak tahap pencarian anggota, biaya sudah mulai muncul. Ada audisi di berbagai tempat, baik di dalam maupun luar negeri, yang membutuhkan biaya perjalanan, akomodasi, hingga sewa tempat," jelas seorang sumber industri hiburan.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Strategi Pemasaran yang Meningkatkan Biaya

Setelah grup siap debut, pengeluaran semakin meningkat. Seiring dengan ketatnya persaingan industri, strategi pemasaran seperti perilisan lagu pra-debut dan pembuatan beberapa versi video musik menjadi semakin umum. Biaya promosi di media sosial juga melambung.

Seorang insider industri musik mengungkapkan, "Saat ini, pemasaran di media sosial sangat menentukan keberhasilan grup baru. Dengan 1 miliar won (sekitar Rp11,5 miliar) saja, dampaknya bisa jadi tidak terasa. Ada perbedaan besar antara agensi besar dan kecil, hingga muncul istilah 'kesenjangan pemasaran'."

3. Alternatif Hemat Biaya dalam Produksi Idol

Belakangan, tren ini melahirkan alternatif yang lebih hemat biaya. Salah satu contohnya adalah band QWER, yang terdiri dari kreator digital, mantan idol, dan influencer TikTok. Berbeda dari idol konvensional yang menjalani pelatihan bertahun-tahun, QWER muncul melalui proyek YouTube Favorite Idol dan memperlihatkan proses debut mereka secara transparan ke publik.

"Biaya produksi kami hanya sekitar sepersepuluh dari idol biasa," ungkap Kim Gye Ran, kreator di balik proyek QWER. "Biasanya idol membutuhkan waktu sekitar tiga hingga lima tahun sebelum debut, tetapi kami hanya butuh enam bulan dari awal promosi hingga debut."

QWER juga menghindari biaya tinggi dari produksi acara musik dengan fokus pada penampilan di festival dan acara langsung yang membuktikan kemampuan live mereka. Hasilnya, mereka mulai menerima pembayaran dalam waktu kurang dari setahun setelah debut—sesuatu yang jarang terjadi di industri K-pop.

Meski konsep produksi lebih efisien ini menarik perhatian, banyak yang menilai bahwa cara ini tidak bisa dibandingkan langsung dengan sistem idol K-pop yang sudah mapan. Industri K-pop masih sangat mengandalkan model investasi jangka panjang, di mana kesempurnaan dan kesiapan para idol menjadi tolok ukur utama keberhasilan mereka.

Terlepas dari perbedaan strategi, satu hal yang jelas: membangun idol K-pop bukan hanya tentang bakat, tetapi juga investasi besar yang membutuhkan perhitungan matang agar dapat bertahan di industri yang kompetitif.

Rekomendasi
Trending