Cuma Untuk Mobilisasi Peralatan, Film 'JODOH 3 BUJANG' Butuh Biaya Rp 1,2 Miliar

Cuma Untuk Mobilisasi Peralatan, Film 'JODOH 3 BUJANG' Butuh Biaya Rp 1,2 Miliar
instagram.com/jodohtigabujang

Kapanlagi.com - Film drama komedi Jodoh 3 Bujang menjalani proses syuting di Makassar, Sulawesi Selatan, sesuai dengan latar cerita yang diusung. Film ini diproduksi oleh rumah produksi Starvision Plus di bawah pimpinan Chand Parwez.

Chand Parwez selaku produser mengungkapkan bahwa syuting di daerah yang mengangkat kearifan lokal memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ia bahkan menyebutkan bahwa ongkos produksinya jauh lebih mahal dibanding syuting di luar negeri.

"Ini adalah kisah nyata dan ini menarik sekali. Bukan hanya nikah kembarnya yang menarik, ternyata ada muatan-muatan esensial yang butuh kami bawa ke sinema Indonesia. Mungkin temen-temen berpikir bahwa mengangkat film dengan kearifan lokal itu mudah," kata Chand Parwez di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Dalam menjelaskan alasannya tetap mengangkat cerita dengan nuansa lokal, Chand Parwez menyebut bahwa proses produksi semacam ini justru menantang dari sisi logistik dan pembiayaan. Meski begitu, ia menilai hal itu sebagai sesuatu yang memperkaya perfilman nasional.

"Nah, ini perlu saya jelaskan di sini. Saya sudah membuat beberapa film yang mengangkat kearifan lokal, yang faktanya justru membutuhkan effort lebih besar. Tapi, justru ini yang memperkaya perfilman nasional kita," ujarnya.

1. Budget Lebih Malah Daripada Syuting di New York

instagram.com/jodohtigabujang

Parwez bahkan membandingkan ongkos produksi film lokal dengan film internasional yang pernah ia kerjakan. Menurutnya, syuting di wilayah seperti Sumba Timur bisa lebih mahal ketimbang di kota besar luar negeri seperti New York.

"Saya pernah bikin Critical Eleven yang syuting di New York, dan pada saat bersamaan saya syuting Susah Sinyal di Sumba Timur. Budget-nya, ternyata jauh lebih mahal syuting di Sumba Timur," ucapnya.

Meski biayanya tinggi, Parwez mengaku tidak kapok memilih lokasi syuting di daerah yang sarat budaya. Ia merasa hal tersebut memberikan dampak positif bagi penonton dan perfilman Indonesia.

"Tapi, kenapa saya juga masih nggak kapok? Bagi saya, saya membawa Sumba Timur, memperkenalkan Sumba Timur yang begitu indahnya, yang tentunya memberikan kepuasan dan kepentingan yang sangat positif," tutur Parwez.

(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)

2. Perlu Rp 1,2 Miliar Untuk Mobilisasi Peralatan

Parwez juga pernah memilih Baubau sebagai lokasi syuting film Komang. Sama seperti sebelumnya, ia menyatakan bahwa biaya produksinya tetap lebih mahal dibanding saat ia syuting The Architecture of Love di New York.

"Syuting di Baubau juga, film Komang. Mungkin orang berpikir syuting di Baubau itu mudah, ternyata tidak. Itu lebih mahal dari kami syuting The Architecture of Love di New York," jelasnya.

Untuk film Jodoh 3 Bujang sendiri, Parwez mengungkapkan bahwa hanya untuk mobilisasi peralatan ke Makassar saja, biaya yang dikeluarkan sudah hampir mencapai Rp 1,2 miliar. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya produksi film lokal di luar Pulau Jawa.

"Bayangkan, untuk syuting film ini di Makassar, mobilisasi peralatannya saja untuk kami bawa ke sana, itu sudah butuh dana Rp 1 miliar lebih. Sudah Rp 1,1 miliar atau Rp1,2 miliar gitu mungkin. Kalau syuting di New York, dengan tim kecil, tidak akan sampai angkanya seperti itu," ungkapnya.

Film Jodoh 3 Bujang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 26 Juni 2025. Film ini dibintangi oleh Aisha Nurra Datau, Maizura, Barbie Arzetta, Elsa Japasal, hingga Cut Mini.

(Ramai kabar perceraian dengan Raisa, Hamish Daud sebut tudingan selingkuh itu fitnah.)

Rekomendasi
Trending