MovieTalk TRANSFORMERS: RISE OF THE BEASTS, Memanusiakan Robot dan Mempercanggih Manusia

Penulis: Mahardi Eka Putra

Diperbarui: Diterbitkan:

MovieTalk TRANSFORMERS: RISE OF THE BEASTS, Memanusiakan Robot dan Mempercanggih Manusia
Optimus Primal dan Optimus Prime. (Foto: Paramount Pictures)

Kapanlagi.com -  "Seperti apa franchise TRANSFORMERS dalam 10 tahun ke depan?”

Pertanyaan itu kami berikan kepada Lorenzo di Bonaventura, produser film, ketika kami berkesempatan berbincang sebentar dalam promo BUMBLEBEE di Hong Kong, 2018 lalu. Ia awalnya mengungkap bahwa ia belum memikirkan sejauh itu. Namun, kemudian dijawabnya dengan optimis, “Kami sedang mengembangan skenario film yang lebih besar, jika BUMBLEBEE sukses, kami mungkin akan membuat sekuelnya”. Dan berselang lima tahun, TRANSFOMERS RISE OF THE BEASTS dirilis. 

Tepat seperti apa yang dikatakan Lorenzo, TRANSFORMERS ROTB dikemas dalam kisah yang lebih berskala besar dan kompleks. Perkembangan itu langsung terasa dengan hadirnya fraksi robot baru bernama Maximal. 

Kalau kalian sudah menonton trailernya, para Maximal hadir dalam wujud bionik, setengah robot, setengah binatang. Empat anggota Maximal yang diperkenalkan antara lain, Optimus Primal (Gorila), Airazor (Elang), Cheetor (Cheetah), dan Rhinox (Badak). 

Optimus Primal, pimpinan Maximal yang berwujud gorila. (Paramount Pictures)Optimus Primal, pimpinan Maximal yang berwujud gorila. (Paramount Pictures)
Cheetor, salah satu Maximal, berwujud cheetah dengan ukuran raksasa. (Paramount Pictures)Cheetor, salah satu Maximal, berwujud cheetah dengan ukuran raksasa. (Paramount Pictures)

Diceritakan dalam film, mereka bernasib sama seperti Autobot, mengungsi ke Bumi karena planet tempat tinggal mereka sudah hancur. Bedanya, planetnya tidak hancur karena perang saudara seperti Autobot melawan Decepticon, melainkan dilahap habis oleh Unicron, entitas sebesar planet yang selalu mencari mangsa. 

Pertemuan Autobots dengan Maximals ini menjadi pembuktian Lorenzo dan Paramount mengemas cerita yang menghibur, lebih berskala besar, dan juga harus terasa baru bagi penonton.

 

1. Robot Baru Berwujud Binatang

Sudah dalam 6 film, kita ditakjubkan dengan para Autobots ataupun Decepticon (musuhnya) yang dengan stylish berubah wujud menjadi kendaraan-kendaraan keren. Kini, TRANSFORMERS memberikan penyegaran lewat kehadiran para Maximal.

“Kami berdebat agak lama untuk memasukan Maximals ke dalam film. Karena kalau Autobot bertransformasi kan berubah jadi mobil, langsung membaur dengan suasana sekitar, sementara ini binatang besar yang tidak terasa natural kalau berada di tengah kota, jadi tantangan terbesarnya adalah bagaimana membuatnya jadi masuk akal ketika kami memperkenalkan Maximal kepada penonton,” ungkap Lorenzo ketika kami hubungi via zoom.

Meski berwujud binatang yang lazim hidup di Bumi, Maximal tetaplah terasa ekstraterestrial dengan ukuran mereka 5 meter lebih tingginya. Penampilan mereka pun jauh dari kesan organik karena terlihat bagian-bagian mesin di tubuh mereka.
Diakui Lorenzo dan Steven Caple Jr, sutradaranya, proses menghadirkan Maximal di layar lebar adalah tantangan sulit. Keduanya harus memutar otak supaya Maximal bisa terlihat alami tapi tetap futuristik.

“Cheedor sangat sulit karena kamu bisa bayangkan bulu-bulu halus di kepalanya itu. Begitu pula dengan Optimus Primal. Penampilannya harus terlihat seperti kulit. Itu tantangan yang paling berat, menentukan seperti apa penampilannya,” ujar Lorenzo.

Terlebih sosok Airazor yang berwujud elang. Steven dan tim animator Weta FX ditantang untuk menampilkan sosok robot dengan bulu-bulunya yang terlihat biologis.

“Terus ada Airazor.yang berpenampilan burung, di mana ia memiliki sayap dengan bulu-bulunya. Dan ada sayap yang menumpuk dengan sayang lainnya. Kesemuanya harus terlihat gerak, tidak kaku. Namun geraknya juga tidak sembarangan, karena bulunya terbuat dari metal bukan. Itu tantangan yang berat menampilkannya,” cerita Steven.

Airazor disebut sebagai tokoh dengan tingkat efek visual paling kompleks. (Paramount Pictures)

Kemunculan Maximal tidak hanya menantang dari sisi bagaimana cara memvisualisasikannya, tapi juga bagaimana kehadiran mereka terasa dibutuhkan untuk perkembangan cerita. RISE OF THE BEASTS memanfaatkan mereka sebagai jembatan untuk memperluas cakupan semesta Transformers yang biasanya hanya berkutat di Bumi dan Cyberton kini juga melirik planet-planet lainnya.

Membuka jalan bagi Maximal berarti juga membuka jalan bagi musuh bebuyutan mereka, yakni Terrorcons. Kalian akan bisa melihat sosok yang kekejiannya setara dengan Decepticons lewat film satu ini. Terrorcons digambarkan sebagai ajudan dari robot pelahap planet bernama Unicron.

 

 

 

 

 

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Sentuhan Steven Caple Jr

Tugas menghadirkan barisan robot baru ini diemban oleh Steven Caple Jr, yang lebih dulu dikenal lewat film kisah drama petinju CREED II. Steven dianggap mampu menyuntikan sisi emosional tanpa harus mengurangi sisi hiburan yang menjadi pakem film-film pop corn seperti Transformers ini.

“Lewat CREED II ia mampu menghadirkan itu dalam kebutuhan pop corn movie.Itulah yang kami harapkan pada awalnya. Terlebih lagi ternyata kisah Beast Wars sangat disukainya sejak kecil. Sudah ada dalam DNAnya tentang detail-detail kisah ini,” cerita Lorenzo.

Hingga akhirnya RISE OF THE BEASTS dirilis 7 Juni nanti, Steven masih seperti mimpi bisa menyutradarai film kegemarannya di masa kecil sekaligus film yang membuatnya terkagum-kagum saat masih kuliah.

“Saat itu aku masih kuliah. Masih awal-awal kuliah. Aku dan temanku tak sabar menonton film TRANSFORMERS (2007). Kau tahu betapa hebohnya aku melihat Autobots untuk pertama kalinya di layar lebar. Melihat adegan-adegan perubahannya secara slow motion. Kami hanya bisa bilang, “Ini Gila”,” kenangnya saat itu.

Dalam proses penggarapannya, Steven mengontak Michael Bay untuk bertanya soal visual efek dalam franchise Transformers. “Visual efek adalah area baru bagiku,” jujurnya. Dan keduanya berbincang banyak lewat zoom. Saat itu Bay sedang menyelesaikan film AMBULANCE.

Selain memaksimalkan efek visual, Steven menghadirkan nuansa Brooklyn era 90-an yang kental dari setting, busana, dan juga musik hip-hop.

 

 

 

 

 

3. A Game Changer in the Franchise

RISE OF THE BEASTS membuka banyak kemungkinan baru di masa depan untuk franchise yang sudah dibuat dalam 16 tahun ini. Kehadiran para Maximals dari Beast Wars menjadi upaya paling kentara dalam memperkenalkan sebanyak mungkin robot dalam franchise. Dari seri BEAST WARS: TRANSFORMERS saja ada 28 tokoh yang mengantri untuk dibuatkan versi live actionnya. Baru 7 yang kemudian muncul di RISE OF THE BEASTS

Kemunculan tokoh-tokoh baru ini secara tidak langsung juga menguatkan mitologi Transformers di mana di dalamnya ada banyak planet dan ada banyak jenis robot yang berbeda. Para robot tidak lagi hanya Autobots dan Decepticons, tapi juga Maximals, Terrorcons, dan Predacons. 

Dari sisi tokoh-tokoh manusia yang dihadirkan pun kini makin beragam. Dua tokoh utama dalam RISE OF THE BEASTS, Noah (Anthony Ramos) dan Elena (Dominiq Fishback) juga menghadirkan vibe yang berbeda dari tokoh-tokoh utama dalam film-film TRANSFORMERS sebelumnya.

Noah adalah mantan tentara yang piawai dalam elektronika. Ia tinggal bersama ibu dan adiknya dan bekerja serabutan. Dari Noah, penonton akan turut merasakan kehidupan menengah masyarakat hispanik di Brooklyn. Sementara Elena, adalah peneliti freelance di sebuah museum. Darinya penonton juga bisa melihat seperti apa perjuangan masyarakat Brooklyn dalam meniti karir.

“Ada lebih banyak karakter, ada lebih banyak suara yang direpresentasikan. Itu yang bikin aku semangat dalam membuat film ini,” tegas Anthony Ramos via zoom kepada Kapanlagi.

Noah bersama Mirage.(Paramount Pictures)

Sementara Dominique bercerita bahwa ia sangat mempersiapkan peran besarnya ini. Dengan latar belakang pendidikan drama panggung teater, Dominique membedah tokohnya ini hingga mendetail.

“Ini tokoh yang benar-benar baru bagiku. Aku sampai membuat banyak catatan tentang Elena. Dan aku izin ke Steven untuk meleponnya jam 2 pagi demi karakter ini, saking semangatnya,” kelakarnya. 

Terlepas dari keunikan kedua tokohnya, baik Anthony dan Dominique sepakat bahwa peran dalam Transformers ini adalah peran besar yang tidak main-main. “Kami berdua berasal dari Brooklyn, sudah kenal baik. Kami bahkan sempat berujar, ‘Kita perlu main di proyek yang sama’. Siapa sangka bahwa proyek itu adalah Transfomers,” cerita Dominique.

Noah dan Elana bakal menjadi tokoh manusia yang tidak hanya sekadar lari dan berteriak ketakutan melihat para robot. Mereka akan punya peran penting dan mengejutkan penonton. “Tunggu saja di akhir film. Noah akan punya peran yang penting untuk masa depan franchise ini,” bocornya.

Sedikit bocoran untuk kalian yang akan menontonnya, akan ada kolaborasi manusia dan robot yang belum pernah ada sebelumnya dalam franchise TRANSFORMERS. 

 

4. Upaya Menghadirkan Kekuatan Emosi

Lewat BUMBLEBEE, sejatinya Lorenzo sebagai produser memahami bahwa franchise TRANSFORMERS perlu lebih membumi dan terasa manusiawi. Masa depan franchise ini tidak terletak pada ledakan spektakuler dan juga visual megah para robotnya saja. 

BUMBLEBEE lantas menyuntikan sisi emosional pada relasi kedua tokohnya, Charlie (Hailee Steinfeld) dan juga robot kuning Bumblebee. Meski secara penghasilan, BUMBLEBEE belum bisa sefantastis pendahulunya, Lorenzo sebagai produser optimis dengan pendekatan baru franchise ini.

Hal ini juga didukung oleh Steven yang mengatakan bahwa ia tak ingin membuat sekadar film tentang robot. “Aku ingin kalian bisa merasakan sayang dan peduli dengan tokoh robotnya. Karena rasa itu yang membuat aku optimis dengan masa depan franchise ini. Ada banyak hal dalam film ini yang menjadi dasar film-film berikutnya,” bocornya.


Nah, penasaran bukan kejutan apa yang disiapkan Lorenzo, Steven, dan semua tim yang terlibat dalam film ini? Pastikan kamu tak ketinggalan menonton filmnya di bioskop per 7 Juni mendatang.

5. Tonton Trailernya di sini

 

 

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending