Putu Wijaya: Permainan Teater Mengandung Makna Spiritual

Kapanlagi.com - Seniman teater, Putu Wijaya mengemukakan, permainan teater bukan sekedar hiburan, melainkan mengandung makna spiritual bagi manusia untuk tidak mementingkan dirinya sendiri.

"Saya tidak menyebut religius, karena itu berkait dengan agama, tapi spiritual. Melalui teater ini kami mengajak orang-orang untuk merasakan pengalaman batin yang unik," katanya kepada wartawan di sela-sela workshop teater di Surabaya, Rabu.

Workshop itu dilaksanakan dalam rangkaian pementasan teater berjudul Zoom hasil kolaborasi Teater Mandiri dengan musisi Harry Roesli asal Bandung. Zoom dipentaskan di Gedung Cak Durasim, komplek Taman Budaya Jatim (TBJ), Rabu (13 Oktober) malam.

Menurut Putu, melalui teater ia mendidik anggotanya untuk merasakan kebebasan "sebebas-bebasnya", dengan satu syarat, yaitu jangan pernah mengganggu kebebasan atau hak orang lain.

"Jadi bergerak sendiri secara merdeka diantara 100 orang itu kan tidak mudah agar tidak mengganggu yang lain. Pada saat itu saya katakan, jangan berfikir bagaimana kakinya tidak diinjak orang, tapi justru sebaliknya," katanya.

Ia menjelaskan, melalui teater, seseorang akan dilatih untuk menuju proses kedewasaan karena mereka belajar tentang kehidupan.

"Jadi jangan berfikir belajar teater itu hanya untuk menjadi aktor, tapi untuk kehidupan. Misalnya yang menjadi guru nanti akan memiliki harga diri di hadapan orang lain, demikian juga yang menjadi rakyat biasa," katanya.

Seniman teater yang juga penulis novel handal itu mengemukakan, saat ini banyak manusia yang tidak menjadi dirinya sendiri karena tidak menyadari kelebihan dirinya.

"Banyak orang melihat dirinya sebagai orang lain. Melalui teater, kelebihan seseorang bisa ditumbuhkan, terutama dalam hal kepercayaan diri. Kami juga mengajarkan bagaimana membuat kekurangan menjadi kelebihan," katanya.

Mengenai pementasan Zoom, ia mengemukakan, hal itu diambil dari filosofi dunia fotografi, yakni sebuah obyek bisa didekatkan atau justru dijauhkan.

"Misalnya tentang rumah. Kalau kita di rumah terus (dekat sekali), lama-lama bosen, sehingga kita perlu menjauh. Pada saat jauh itu kita akan merasa kangen ke rumah. Melalui Zoom ini kami mengajak orang untuk melihat sesuatu sedekat-dekatnya dan menjauhi sesuatu sejauh-jauhnya, sehingga upaya itu akan memiliki makna," katanya.

Worskshop di Surabaya diikuti 84 peserta, terdiri atas masyarakat umum dan siswa. Selain dari Surabaya, banyak peserta dari luar, seperti Pasuruan dan Sidoarjo. Mereka dilatih olah pernafasan dan olah gerak.

Para peserta itu akan dilibatkan dalam pementasan dan dalam pementasan keliling seperti Yogyakarta dan Denpasar, akan dipilih dua peserta worshop untuk dilibatkan secara total.

"Kriterianya kami pilih yang betul-betul serius dan juga memiliki potensi. Tapi kami tidak berniat untuk membawa mereka masuk ke dalam kelompok teater kami. Kami hanya ingin berbagi pengalaman pada ulang tahun ke 33 Teater Mandiri," katanya.

(*/erl)

Editor:

Erlin

Rekomendasi
Trending