Kapanlagi.com - Setelah menikah Peggy Melati Sukma terlihat sangat jarang tampil di panggung hiburan, ia lebih banyak berkiprah di kegiatan sosial atau acara yang berkaitan dengan kebudayaan. Seperti halnya saat ia ikut andil di Festival Topeng Nusantara 2010.

"Saya terlibat di sini untuk tugas-tugas intern institusional relationship, penggalangan dana, strategi komunikasi, supervisi creator property, media partner, kemudian tourism and cultural package dan spoke person," tutur Peggy saat ditemui di Alun-Alun Grand Indonesia, Sabtu (14/8).

"Kalau ngitung sebagai bentuk rangkaian, biayanya cukup besar. Apalagi ada cita-cita ingin membawanya ke dunia internasional. Angka pastinya saya belum pasti karena ini masih di awal program dan masih akan ada program-program lainnya. Maka belum di-calculate. Tapi dengan adanya Yayasan Prima Ardian Tata yang sudah menyatakan diri sebagai bagian dari sponsorship di setiap program dalam Festival Topeng Nusantara, maka paling tidak beberapa program sudah dapat dijalankan," papar istri Wisnu Chandra, Vice President Bank Artha Graha, itu.

"Hanya saja, ke belakangnya setelah eksibisi ini masih ada program-program besar lainnya, seperti rekor 10.000 topeng buatanku, kirab budaya 4 km dan cultural shownya. Itulah makanya kami menggandeng perusahaan-perusahaan besar sebagai bagian dari CSR-nya, untuk bisa turut mendukung pelaksanaan ini. Selain itu juga ada social programnya, di mana kami melakukan perbaikan kepada kereta-kereta kencana dari 3 keraton, kasepuhan, kanoman, dan kacirebonan. Semua kereta-kereta itu kami rehabilitasi dan renovasi karena sudah berumur 500-an tahun."

"Meskipun pada saat kirab tidak akan menggunakan kereta kencana yang asli, mengingat usianya yang sudah ratusan tahun, kalau diperbaiki pun takut hancur. Jadi kita kirab yang replikanya, yang juga akan diperbaiki karena usianya sudah puluhan tahun. Ibu Nani pribadi juga memberikan dukungan untuk pelestarian keraton dan tentu saja kami juga berikan kontribusi kepada almarhum Mimi Raskinah dan keluarga, karena beliau sudah mendengar dan berharap dapat meneruskan cita-cita ini," paparnya.

Untuk usahanya itu, Peggy mengaku telah mendapatkan dukungan dari Menbudpar dan juga Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Ciayumajakuning). Peggy membantah jika dukungan tersebut dikarenakan dirinya juga berasal dari Cirebon.

"Saya pikir bukan sesuatu yang baru kalau saya terlibat dengan hal sosial dan nasionalis. Cuma mungkin jadi lebih mendalam karena tempat yang dipilih adalah Cirebon. Kemudian ada program-program krusial yang sifatnya melestarikan kekayaan keraton yang ada di Cirebon, jadi keterkaitan batin saya jadi lebih kuat. Tapi bagi saya, dengan aktivitas saya selama belasan tahun di mana di situ ada kepentingan negara dan bangsa, orang banyak, ya saya menyiapkan diri untuk terlibat," tandasnya.

Dan dalam festival tersebut Peggy juga turut menyumbang beberapa topeng hasil karyanya.

"Iya, itu buatan saya. Waktu yang diberikan sebenarnya sangat singkat, cuma 2 hari, karena saya terlibat di festival ini. Karya saya itu mengusung konsep yang sangat sederhana, 'setitik putih tidak akan tersisih', adalah pola pikirnya topeng panji yang berwarna putih menggambarkan kelahiran seorang manusia yang putih bersih dan dudukan hitamnya itu menggambarkan dunia dengan segala permasalahannya dan peristiwa yang kadang menjadikan dunia ini atau manusia menjadi hitam pekat. "

"Tapi jangan lupa, di atas segalanya ada Allah yang maha segala-galanya. Jadi topeng itu saya jadikan filosofi saya, bahwa topeng itu saya representasikan sebagai ekspresi manusia yang putih bersih dan selalu mengingatkan diri untuk membersihkan segala sesuatunya, seperti membersihkan diri, akal, pikiran, hati, lisan, terutama sekarang bulan Ramadhan," pungkasnya.