Dituding Jiplakan dan Dibuat Terburu-buru, Produser 'MERAH PUTIH ONE FOR ALL' Angkat Bicara Soal Kualitas Filmnya
© KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi
Kapanlagi.com - Film animasi MERAH PUTIH ONE FOR ALL tak luput dari kritik tajam terkait kualitas visual dan narasi yang dianggap sebagian kalangan kurang maksimal. Menanggapi hal ini, Endiarto selaku produser eksekutif film Merah Putih One for All memberikan penjelasan jujur mengenai pilihan kreatif yang diambil oleh timnya.
Endiarto menyatakan bahwa sejak awal, film ini memang tidak dirancang untuk menjadi sebuah karya animasi dengan kualitas visual sekelas film-film high-class. Keputusan ini diambil secara sadar karena adanya dua faktor utama, yakni target penonton dan keterbatasan biaya.
"Puas enggak itu relatif ya. Tapi dari awal kita sudah mengkonsep dengan kondisi kita, kita buat film animasi dengan narasi yang sederhana, simpel, mudah dicerna buat anak-anak," ujar Endiarto saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Advertisement
Ia melanjutkan, karena keterbatasan biaya, timnya harus realistis dan tidak memaksakan diri untuk mengejar kualitas visual yang kompleks. Fokus utama dialihkan untuk memastikan pesan kebangsaan yang diusung dapat tersampaikan dengan baik kepada anak-anak.
"Yang kedua kita visualisasinya, level animasinya kita yang enggak high class. Karena yang kita butuhkan adalah kompilasi, ini pesan moral tercapai. Kedua kenapa? Ya sudah jelas toh, faktor cost. Kalau kita mau ke sini, sudah pasti ini enggak akan bisa berkontribusi," jelasnya.
1. Sumbangsih Memeriahkan Momen Kemerdekaan
Endiarto kemudian membandingkan proyeknya dengan perayaan 17 Agustus lainnya di masyarakat. Menurutnya, esensi dari sebuah kontribusi bukanlah kesempurnaan, melainkan niat tulus untuk ikut memeriahkan. Ia merasa aneh jika ada pihak yang justru mengkritik usaha orang lain untuk berbuat baik.
"Tujuan kita mewarnai. Ini hasil karya kami, sumbangsih kami, dana kami sendiri, effort kami sendiri, dan kami memberikan sumbangsih buat kemeriahan perayaan khusus 80 tahun ini. Itu yang kami bingung," tuturnya.
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
2. Semangat Kebersamaan
Ia menganalogikannya dengan lomba-lomba di kampung yang mungkin terlihat sederhana dan tidak sempurna, namun sarat dengan semangat kebersamaan. Baginya, semangat itulah yang seharusnya lebih dihargai.
"Kalau ada sebagian komunitas rakyat yang ikut memeriahkan, menyelenggarakan lomba nangkap bebek dengan ininya ditutup, yang laki pakai baju wanita, yang itu. Wah, itu salah. Bisakah kita komentar menjustifikasi? Itu effort mereka ikut memeriahkan. Sudah bagus dia itu merayakan," pungkasnya.
Simak berita film MERAH PUTIH ONE FOR ALL lainnya di Liputan6.com
(Di tengah kondisi kesehatan yang jadi sorotan, Fahmi Bo resmi nikah lagi dengan mantan istrinya.)
(kpl/far/ums)
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
